Apakah Stunting sama dengan Gizi Buruk? Ini Kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo

- 18 Juli 2022, 13:00 WIB
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan perbedaan stunting dan gizi buruk, serta apa yang harus dilakukan ibu hamil.*
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menjelaskan perbedaan stunting dan gizi buruk, serta apa yang harus dilakukan ibu hamil.* /Pimred PRMN

PR TASIKMALAYA - Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) berkesempatan hadir dalam acara KLARIFIKASI bersama Pikiran Rakyat Media Network (PRMN).

Hasto Wardoyo berbincang-bincang dengan forum Pimred PRMN dalam acara "KLARIFIKASI: Nikah Muda Bikin Anak Stunting?".

Acara "KLARIFIKASI: Nikah Muda Bikin Anak Stunting?" bersama Hasto Wardoyo itu digelar pada Senin, 18 Juli 2022.

Hasto Wardoyo juga menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan beberapa Pimpinan Redaksi (Pimred) di PRMN terkait stunting.

Baca Juga: Posisi Pertama Ada Arin Oh My Girl, Inilah 30 Member Girl Group K-Pop Terpopuler di Juli 2022 Menurut

Menarik, salah satu Pimred bertanya kepada Hasto Wardoyo terkait perbedaan stunting dengan gizi buruk.

"Apa perbedaan stunting dan gizi buruk? Karena banyak masyarakat Indonesia yang belum mengerti perbedaannya. Selama ini konotasi stunting sering disamakan dengan gizi buruk," kata Alvian Hamzah dari Bandung Raya.

Hasto Wardoyo pun menjelaskan soal stunting yang lebih fokus ke tinggi badan dan umur, sedangkan gizi buruk lebih ke tinggi badan dan berat badan.

"Ya, memang stunting ini lebih fokus pada antara tinggi badan dengan umur, sedangkan antara berat badan dengan umur, kemudian berat badan dengan tinggi badan.

Baca Juga: Tes Psikologi: Ternyata Ada Maknanya! Ini Hubungan Cara Pakai Cincin dengan Kepribadian Anda

"Inikan ukuran-ukuran ini bisa yang istilahnya kurus, kemudian gizi buruk itukan lebih mengukur kepada tinggi badan terhadap berat badan, kemudian berat badan terhadap umur.

"Tapi ingat, yang stunting ini sekarang ini yang diukur adalah stunted. Jadi, tinggi badan vs umur," jelas Hasto Wardoyo.

Kemudian, ia menjelaskan jika stunting memiliki tiga konsekuensi, yakni, pendek, dimana stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting.

Lalu, kemampuan intelektualnya kurang atau perkembangannya terganggu, tidak optimal, serta prospek di hari tua sudah mulai muncul sakit-sakitan.

Baca Juga: Tes Psikologi: Bongkar Sisi Gelap Kepribadian Anda Sebenarnya dari Objek yang Dilihat Pertama Kali

"Kesimpulannya, stunting ini tidak produktif, menjadi beban, bukan menjadi modal untuk pembangunan.

"Sehingga, jangan dibalik, pendek pasti stunting, karena banyak orang pendek tapi tidak memiliki ciri sakit-sakitan, kemampuan intelektual rendah," jelasnya.

Hasto Wardoyo juga menjelaskan jika WHO telah membuat batasan soal stunting yang tidak lebih dari 20 persen, salah satunya mengukur soal kecerdasan.

Dalam kesempatan itu juga, ia menjelaskan soal pengaruh stunting jika hamil di bawah 14 tahun.

Baca Juga: Nathalie Holscher Geram Dituduh Istri Durhaka, Istri Sule Jawab Tudingan Netizen

Ia menyebut, jika tubuh wanita yang hamil di usia muda, misal 15-19 tahun, sebenarnya masih harus tumbuh, namun bisa berbahaya sebab harus menumbuhkan orang lain.

Dalam hal ini, tubuh wanita yang harusnya masih bisa tumbuh, namun kalsiumnya diserap atau diambil si bayi yang dikandungnya.

Hasto Wardoyo juga menyebut masalah kompleks remaja putri juga 'dihantui' oleh anemia, gizi seimbang yang kurang, takut gandur, hingga tulang panggul belum standar.

Maka dari itu, ia pun menjelaskan jika wanita hamil perlu mengatur pola makan, sebab asupan gizi pun berpengaruh, plasental harus tebal, konsumsi vitamin D, dan makan berkecukupan.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah