Terkait Radikalisme di Pesantren, Mantan Teroris Ali Imron Beberkan Perbedaan 'Mencolok' pada Ajaran Jihad

- 4 Februari 2022, 09:26 WIB
Mantan teroris Ali Imron jelaskan tentang ajaran jihad.
Mantan teroris Ali Imron jelaskan tentang ajaran jihad. /YouTube/PMJ News

PR TASIKMALAYA - Baru-baru ini, mantan teroris 'Bom Bali' bernama Ali Imron melakukan perbincangan dengan Karni Ilyas terkait radikalisme di pesantren.

Ali Imron mengaku mempunyai pengalaman pesantren terkait radikalisme, yang tengah disoroti publik baru-baru ini.

Sementara itu, Karni Ilyas menanyakan terkait pengalaman Ali Imron tersebut soal target yang dimiliki oleh kelompok teroris.

"Apa memang ada target dari kelompok-kelompok teroris untuk mempengaruhi anak santrinya?" kata Karni Ilyas, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari kanal YouTube Karni Ilyas Club yang diunggah pada 3 Februari 2022.

Baca Juga: Universitas di New York Buka Mata Kuliah Taylor Swift. Apa Saja Yang Dipelajari?

Kemudian, Ali Imron menjelaskan pandangannya bahwa ada dua kelompok teroris, yaitu Al-Qaeda dan ISIS.

"Nah, taruh lah contohnya sekarang kami, yang terlibat 'Bom Bali', ini afiliasinya ke Al-Qaeda," terangnya.

Hal ini, menurutnya apabila dilihat dalam konteks global sebagai kelompok teroris.

Selanjutnya, dirinya mengaku sejak dahulu sudah ada pesantren-pesantren yang diurus oleh mereka.

Baca Juga: Akhir Tahun 2021, Persaingan E-commerce Semakin Meriah

"Nah disamping adanya pesantren-pesantren itu, kegunaannya supaya bisa menjalankan syariat Islam yang bisa kita lakukan," tuturnya.

"Kedua, adalah mendakwahkan, di antara mendakwahkan ilmu syariat Islam secara umum, dan paham kami secara khusus," tegasnya.

Kemudian, Karni Ilyas menyoroti penjelasan Ali Imron terkait ideologi mereka.

"Termasuk untuk mengganti pancasila jadi negara Islam?" ujarnya.

Baca Juga: BNPT Minta Maaf soal Diksi Pesantren Terafiliasi Terorisme, MUI Mengapresiasi

Ali Imron pun membenarkan pertanyaan Karni Ilyas tersebut.

"Itu termasuk ke dalam kurikulum lah ya?" tanya Karni Ilyas.

"Jadi termasuk kurikulum, kalaupun tidak tertulis kurikulum, tetapi dalam penyampaian itu disampaikan," jawab mantan teroris itu.

Lebih lanjut, dirinya membedakan pesantren yang memiliki ajaran radikalisme dengan pesantren yang umum.

Baca Juga: Perang Antar Lini Jelang Bigmatch Bayern Munchen vs RB Leipzig di Bundesliga Jerman

"Misalnya dalam pembahasan fiqh, kalau kita tahu fiqh jihad itu dijelaskan di kelas 3 SMA atau Aliyah, itu ada Babul Jihad," katanya.

"Nah jihad ini kan isinya perang, kalau di pondok pesantren kami, atau sekolah kami, kami terangkan dengan jelas," ujarnya.

Namun, menurutnya apabila dibandingkan dengan pesantren yang lain, terkhusus tidak termasuk radikal, biasanya tidak terlalu jelas menjelaskan terkait jihad.

"Oh jihad itu wajib, ketika ada perang, kalau di Indonesia, berarti ketika dijajah oleh penjajah," pungkasnya.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: YouTube Karni Ilyas Club


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah