Hal tersebut dikarenakan oleh meningkatnya permintaan, penimbunan, dan penyalahgunaan APD tersebut.
"Kekurangan ini membuat dokter, perawat, dan petugas kesehatan garis depan lainnya tidak siap untuk merawat pasien COVI-19, karena terbatasnya akses ke persediaan seperti sarung tangan,masker medis, respirator, kacamata, pelindung wajah, baju isolasi, dan celemek," ujarnya.
Banyak alat kesehatan ayang meningkat harganya, seperti masker bedah meningkat enam kali lipat, respirator N95 meningkat tiga kali lipat, dan baju isolasi meningkat dua kali lipat.
Namun untuk saat ini di pasaran sedang terjadi manipulasi harga gila-gilaan, sehingga tak jarang stok yang ada dijual pada penawar tertinggi.
WHO diketahui telah mengirimkan hampir setengah juta perlengkapan APD ke 27 negara.
Menurut WHO, setiap bulan terdapat masker medis sebanyak 89 juta yang diperlukan untuk penanganan COVID-19, 76 juta sarung tangan pemeriksaan, dan 1,6 juta kacamata pelindung diri.
Dalam angka global,WHO memprediksi butuh peningkatan pasokan alat pelindung diri dengan angka persentase sebesar 40 persen.
WHO meminta kepada para produsen untuk meningkatkan produksi untuk menjamin ketersediaan.