PR TASIKMALAYA – Fadli Zon yang merupakan Politisi Partai Gerindra sekaligus juga merupakan Anggota Komisi I DPR RI, buka suara terkait dengan kasus terorisme di Indonesia.
Fadli Zon berpendapat, kasus terorisme yang terjadi di Indonesia sudah selayaknya menjadi evaluasi bersama.
“Masalah terorisme seharusnya menjadi evaluasi bersama, kenapa masih terjadi tindakan terorisme. Kami berharap dengan banyaknya lembaga yang menangani terorisme, makin kecil pula terorisme itu,” ujar Fadli Zon seperti yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari ANTARA pada Jumat, 9 April 2021.
Baca Juga: LINK Jadwal Imsak dan Buka Puasa Ramadhan 2021 atau 1442 H untuk Seluruh Indonesia
Fadli Zon kemudian mencontohkan sejumlah negara lain seperti Amerika yang yang banyak terjadi kasus terorisme yang ternyata dibuat.
Singkatnya, kasus terorisme yang terjadi bukan merupakan bentuk ideologis dari suatu kelompok.
“Jadi ini memang harus menjadi evaluasi, jangan sampai terorisme ini menjadi instrumen bagi kekuasaan untuk menjustifikasi adanya kegiatan teror,” tutur Fadli Zon.
Fadli Zon juga menyatakan, sejauh ini yang tertuduh terorisme selalu umat Islam yang merupakan umat mayoritas.
Baca Juga: Meski Mudik Dilarang, Pemerintah Izinkan Warga di Beberapa Wilayah Ini Bepergian Antarkota
“Saya tidak melihat, misalnya yang tertuduh kan selalu Umat Islam yang merupakan mayoritas,” kata Fadli Zon.
Fadli Zon menyerukan, agar tidak ada oknum yang dengan sengaja memelihara keberadaan teroris di Indonesia.
“Seharusnya kita harus habisi yang namanya terorisme itu, dan jangan ada yang menghidup-hidupkan,” tegasnya.
Selain itu, Fadli Zon kemudian menyinggung Badan Intelijen Negara (BIN), yang menurutnya memiliki anggaran untuk melakukan pemberantasan terorisme di Indonesia.
“Termasuk BIN yang punya anggaran dalam pemberantasan terorisme agar ada semacam evaluasi, sejauh mana efektivitasnya dalam program deradikalisasi,” tutur Fadli Zon.
Fadli Zon juga mengatakan, bahwa dirinya tidak melihat adanya orang radikal. Pasalnya, masyarakat Indonesia memiliki pemahaman agama yang telah bercampur dengan tradisi.
“Saya tidak melihat ada orang yang radikal, pemahaman agama Indonesia sudah input bercampur dengan tradisi, kan Islam tidak pernah menumpas tradisi, ketika Islam masuk Jawa, terjadi Islamisasi Jawa, akulturasi budaya,” pungkasnya.***