Bahas Soal Demokrasi di Indonesia, Rocky Gerung: Politik Kita Mengalami Sindrom Sisyphus

- 3 April 2021, 19:38 WIB
Pengamat politik Rocky Gerung menyebut politik di Indonesia saat ini tengah mengalami sindrom Sisyphus.
Pengamat politik Rocky Gerung menyebut politik di Indonesia saat ini tengah mengalami sindrom Sisyphus. /Instagram.com/rocky_gerung_official

PR TASIKMALAYA – Pengamat Politik Rocky Gerung menyampaikan pendapatnya terkait perkembangan demokrasi di Indonesia.

Rocky Gerung mengatakan bahwa politik di Indonesia saat ini tengah mengalami sindrom Sisyphus.

Hal yang dimaksudkan Rocky Gerung yakni terkait sindrom Sisyphus adalah mengulang sesuatu yang seharusnya tidak perlu diulangi.

Baca Juga: Jadi Saksi Nikah Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Presiden Jokowi serta Prabowo Kenakan Busana Senada

Pernyataan tersebut disampaikan Rocky Gerung melalui unggahan kanal YouTube Rocky Gerung Official miliknya pada Sabtu, 3 April 2021.

“Orang selalu ingat sisyphus dalam arti kesia-siaan usaha. Karena setelah sampai di puncak batunya jatuh lagi,” ujar Rocky Gerung seperti dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com.

“Mungkin sekali betul bahwa politik kita mengalami sindrom sisyphus, yaitu mengulang sesuatu yang seharusnya tidak perlu kita ulangi, yaitu demokrasi,” sambungnya.

Baca Juga: Usai Sah Jadi Suami Aurel Hermansyah, Atta Halilintar Unggah Video Saat Berdua di Kamar: Akhirnya

Untuk memberi gambaran, Rocky Gerung membandingkan demokrasi pada zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Demokrasi sudah tiba di puncak sebetulnya di zaman SBY, kita sudah dianggap demokrasi nomor tiga di dunia,” katanya.

“Dan setelah Pak Jokowi, lalu semua indeks demokrasi kaya turun lagi. Seperti batu sisyphus yang mengguling lagi ke bawah dan mesti didorong ulang,” lanjut Rocky Gerung.

Baca Juga: Sebut 'Dongkol dan Gondok' dengan Kubu AHY, Menkum HAM Yasonna Laoly: Sudah RIbut Menuding Kita

Sedangkan menurut Rocky Gerung, yang mendorong ulang demokrasi untuk kembali ke puncak saat ini hanya dilakukan oleh pers dan masyarakat sipil.

“Yang dorong itu justru adalah pers dan masyarakat sipil. Sedangkan kalangan intelektual sudah putus asa untuk mendorong kembali batu itu,” tutur Rocky Gerung.

“Partai politik juga terengah-engah untuk mendorong kembali batu itu ke atas. Jadi itu keadaanya,” tambahnya.

Baca Juga: Simak Prediksi Jelang Pertandingan Bundesliga Jerman Tim Dortmund vs Eintracht Frankfurt

Oleh karena itu, dia menganggap bahwa apa yang terjadi dengan demokrasi Indonesia seperti kutukan.

“Saya menganggap bahwa ini semacam kutukan yaitu orang tidak mau belajar dari kesalahan. Bahkan lebih gila lagi orang menganggap bahwa ya sudah kita ulangi lagi itu menuju periode ketiga,” ucap Rocky Gerung.

Rocky Gerung pun menjelaskan apa yang dimaksud dengan sisyphus dalam filsafat.

Baca Juga: Raisa dan Putrinya Zalina Berbagi Kebahagiaan Bersama Anak-anak di Pelosok Jawa Barat

“Sisyphus itu selalu diingat di dalam filsafat absurditas, mengalami hal yang tidak masuk akal, mengulangi sesuatu yang sebetulnya bisa kita hentikan, itu sebetulnya keadaan kita” ungkapnya.

“Dan di dalam mitos sisyphus selalu kita mengerti bagaimana usaha manusia itu menjadi hampa, karena harus mengawali dari awal,” tutup Rocky Gerung.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah