Bahkan semakin masif penyebaran kebencian karena adanya perbedaan.
Baca Juga: Gadaikan Mobil Rental pada Teman-temannya, Mahasiswa di Tasikmalaya Dibekuk Polisi
Dengan religiofikasi, propaganda politik berbalut agama (SARA) selama bertahun2, dilengkapi disinformasi dan penyebaran kebencian pd yg berbeda, mk terjadilah histeria massal. Scr bersama2 tdk bisa rasional menghadapi fakta. Ini bagian dr fenomena post truth.— Henry Subiakto (@henrysubiakto) March 27, 2021
Baca Juga: Moeldoko Orasi Soal Radikalisme, Christ Wamea: Jadi Kakak Pembina untuk BuzzerRp
Oleh karena itu, menurutnya, terjadilah peristiwa histeria massal.
“Dengan religiofikasi, propaganda politik berbalut agama (SARA) selama bertahun-tahun,” ujar Henry Subiakto.
“Dilengkapi disinformasi dan penyebaran kebencian pada yang berbeda, maka terjadilah histeria massal,” tambahnya.
Baca Juga: Putrinya Positif Terpapar Covid-19, Anies Baswedan Curhat Tidak Bisa Masuk Rumah Sakit
Hal tersebut menyebabkan fakta tidak bisa dihadapakan secara rasional jika fenomena tersebut terjadi.
“Secara bersama-sama tidak bisa rasional menghadapi fakta,” ujar Henry Subiakto.
Definisi sederhadan dari Post Truth ialah era saat kebohongan seolah menjadi kebenaran dengan cara memakinkan emosi serta perasaan.