Meski demikian, menurut Dahnil Anzar Simanjuntak banjir yang terjadi dijadikan ladang amal bagi sebagian orang.
“Dan bagi sebagian orang lagi, banjir yang menimpa banyak daerah itu justru menjadi ‘ladang amal’ menghidupkan spirit ta'awun, tolong-menolong atau gotong-royong, dengan tentu sambil menyampaikan kritik konstruktif bila memang ada alpa dengan kebijakan,” ujarnya.
Baca Juga: Benny Susetyo Minta Anies Baswedan Belajar dari Ahok, Begini Tanggapan Hidayat Nur Wahid
Dahnil Anzar Simanjuntak berharap, politik saling ejek berganti menjadi politik yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
“Saya berharap setelah banyak kontestasi politik yang terus menguras rasa dan emosi, kita bisa sejenak masuk ‘pitstop’ berkontemplasi untuk mengubur benci, sehingga politik saling ejek ini bisa berganti menjadi politik berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khoirot),” harapnya.
Dahnil Anzar Simanjuntak menjelaskan, ‘pitstop’ dalam politik bukan bermakna berhenti, namun justru bekerja.
Baca Juga: Romo Benny Susetyo Minta Anies Belajar pada Ahok, Rizal Ramli dan HNW Layangkan Komentar Pedas
“Bekerja untuk kebaikan publik sesuai dengan kemampuan dan tanggung jawab, sambil memperbaiki semua proses politik kita yang lebih sehat dan dewasa,” ujarnya.
Kebencian Politik menggeser empati sebagian orang menjadi sekedar ejekan.
Banjir di Jakarta dijadikan momen memuaskan kebencian politik melalui ejekan thdp @aniesbaswedan pun demikian banjir di Jawa Tengah ejekan pun dialamatkan ke @ganjarpranowo atau di jabar ke @ridwankamil— Dahnil A Simanjuntak (@Dahnilanzar) February 23, 2021
***