Ajak Masyarakat Pelihara Kemajemukan, Menag Fachrul Razi: Dialog Kerukunan Beragama Tidak Cukup

- 28 November 2020, 16:13 WIB
Menteri Agama Fachrul Razi.
Menteri Agama Fachrul Razi. /Kemenag

 

PR TASIKMALAYA – Menteri Agama Facrul Razi mengatakan, untuk merawat kemajemukan dibutuhkan adanya penguatan moderasi beragama yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Dialog kerukunan beragama saja tidak lagi cukup memadai dalam merawat kemajemukan dan ke Indonesia-an. Untuk itu, dibutuhkan penguatan moderasi beragama yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, seluruh komponen masyarakat, serta pemerintah sebaga justifikasi kehadiran negara," ucapnya.

Demikian yang ia sampaikan saat bertemu dengan para tokoh lintas agama yang diinisiasi oleh Kanwil Kemenag Provinsi NTT, FKUB, dan Pemprov NTT di Desa Belo, Kuoang pada Sabtu, 28 November 2020.

Baca Juga: Siap-Siap! Akhir November 2020 akan Terjadi Fenomena Gerhana Bulan Penumbra, ini Kata BMKG

Kementerian agama merupakan leading sector dalam penguatan moderasi beragama.

Selain itu, lanjut Menag, turut juga berkontribusi dalam pembinaan, pemeliharaan, dan penguatan moderasi beragama padrealitas pluralitas masyarakat Indonesia yang nyaris tiada tandanganya di dunia.

"Moderasi Beragama telah tertuang dalam dan termaktub dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RJPMN) 2020-2024," katanya.

Toleransi, jelasnya, harus mengedepankan rasa kasih sayang, gotong royong, adil dan saling menghormati sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan ajaran mulia semua agama.

Baca Juga: Berhasilkah Liverpool Puncaki Klasemen Sementara Malam ini? Berikut Jadwal Pertandingan Liga Inggris

Lebih lanjut, perdamaian dan keselamatan selalu menjadi visi dalam suatu agama. Namun, dengan perkembangan zaman dan kompleksitas manusia, teks-teks penafsiran agama mengalami multitafsir.

Hal ini disesuaikan dengan kondisi geo-sosio-budaya masyarakatnya.

"Sebagai pemeluk agama ada sebagian tidak lagi berpegang teguh pada esensi dan hakikat ajaran agamanya, melainkan bersikap fanatik pada tafsir kebenaran versi yagng disukai,” katanya.

“Dan terkadang yang sesuai dengan kepentingan ekonomi dan politik, hingga memunculkan konflik yang tidak terhindari," papar dia.

Baca Juga: Amankan 3 Tersangka Pengedar Narktotika Eceran, Polisi: Mereka Mencampurnya dengan Pewarna Makanan

"Hal-hal semacam itu tidak saja terjadi di Indonesia, tapi juga diberbagai belahan dunia,"tutup Menag.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x