TPT Jadi Prioritas Pemerintah di Tengah Pandemi, Industri dari Hulu hingga Hilir Terus Berintegrasi

18 Oktober 2020, 15:40 WIB
Industri TPT Indonesia.*/Kemenperin/ /

PR TASIKMALAYA – Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terus mengalami peningkatan dari tahun 2017 sampai tahun 2019.

Namun seperti industri lainnya, industri TPT juga terkena dampak Covid-19.

Untuk menghindari penurunan devisa negara yang dihasilkan dari sektor ini, pemerintah berencana mengembangkan industri tersebut. Sehingga dampak Covid-19 bisa diminimalisasi.

Baca Juga: Newcastle Vs Manchester Unite: MU Berhasil Menang dengan Skor 1-4

Upaya pengembangan industri TPT ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Muhammad Khayam.

“Industri TPT menjadi bagian dari sektor yang mendapat prioritas pengembangan lantaran punya peran sebagai penyumbang devisa dan penyerap tenaga kerja yang banyak,” ucap Muhammad Khayam di Jakarta pada Minggu, 18 Oktober 2020.

“Maka itu, industri TPT termasuk dari tujuh sektor dalam peta jalan Making Indonesia 4.0,” lanjutnya, dikutip dari laman resmi Kemenperin. 

Ia menjelaskan, struktur industri TPT meliputi sktor hulu (industri serat), sektor antara (industri benang dan kain), dan sektor hilir (industri pakaian jadi).

Baca Juga: Man City Vs Arsenal: The Citizens Memenangkan Pertandingan dengan Skor Tipis 1-0

Menurutnya, walaupun memiliki karakteristik yang berbeda, setiap sektor memiliki keterkaitan yang kuat antara satu dengan yang lain. Padat modal di hulu dan padat karya di hilir.

Pada sektor hilir di industri TPT, Indonesia telah memiliki kapasitas tinggi dengan potensi sejumlah pabrik garmen dengan skala besar dan berorientasi ekspor.

Bahkan industri kecil menegah (IKM) di sektor ini mampu menjadi pemasok kebutuhan dalam negeri.

“Jadi, masing-masing memiliki pasar dan peran sendiri,” jelas Khayam.

Baca Juga: Minuman ini Bisa Menambah Sistem Imunitas Tubuh, Lihat Cara Pembuatannya!

Secara umum, industri TPT nasional telah memiliki stuktur industri yang cukup lengkap dan terpadu.

Di sektor hilir misalnya, terdapat industri stapel dan filamen yang memiliki kapasitas produksi sebanyak satu juta ton per tahun dan terintegrasi bahan baku kimianya.

Selain itu, di sektor hulu, sejak tahun 2019, industri rayon mengalami peningkatan kapasitas produksi dari 536 ribu ton mejadi 856 ribu ton per tahun.

“Perkembangan industri rayon terus kami dorong untuk menjadi substitusi impor bahan baku kapas yang selama ini bergantung dari pasokan luar negeri,” terang Dia.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Banjarmasin Berhasil Ditekan, Kapolda Berharap Kepatuhan Semakin Meningkat

“Pada industri benang, kita juga memiliki kapasitas yang cukup besar hingga 3,2 juta ton per tahun yang juga menjadi andalan ekspor setelah pakaian jadi,” paparnya.

Selain mendorong substitusi bahan baku impor dan perlindungan industri dalam negeri, peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi fokus Kemenperin dalam pengembangan industri TPT.

“Yang tidak kalah penting adalah peningkatan kompetensi SDM. Sekarang kami turut melatih generasi muda dan dengan sertifikasi melalui berbagai macam pelatihn adan capacity building untuk membangun soft skill dan hard skill,” ungkap Khayam.

Kemenperin juga memfasilitasi kolaborasi antara industri skala besar dengan pelaku IKM untuk kemudahan memperoleh bahan baku melalui Indonesia Textile Industry Smart Hub & Material Center.

Baca Juga: Daftar 10 Pemimpin Dunia dengan Bayaran Tertinggi, Nomor 1 dari Asia

“Kami terus berupaya meningkatkan kemampuan ekspor melaui berbagia program. Antara lain mendorong eksportir langsung, edukasi prosedur ekspor, jaminan ketersediaan bahan bau, fasilitas pembiayaan kepada IKM, optimalisasi kemudahan KITE, pembuatan market brief, akses industri ke e-commerce global serta memfasilitasi pameran di dalam dan luar negeri,” sebutnya.

Mengenai potret kinerjanya, Kemenperin mencatat laju pertumbuhan industri TPT di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Pada tahun 2019, industri TPT mampu tumbuh sebesar 15,35 persen atau naik signifikan dibandingkan dengan 2018 yang mencapai 8,37.

Sementara itu pada 2017, industri ini tercatat tetap mengalami pertumbuhan di angka 3,83 persen.

Baca Juga: Baliho 'Siap Menjadi Nomor 1', Arief Muhammad: Semakin Bersemangat Deklarasi 20 Oktober

Pertumbuhan ini didukung tingginya produksi pakaian jadi di sentra industri TPT.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal II tahun 2020, industri TPT memberikan konstribusi terhadap PDB sektor industri pengolahan nonmigas sebesar 6,93 persen.

Sementara untuk kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, industri TPT menempati urutan keempat menjadi contributor terbesar yang mencapai 1,24 persen.

Dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT nasional ditargetkan masuk ke dalam jajaran lima besar pemain dunia pada tahun 2030.

Baca Juga: 11 Alasan Pria Berselingkuh Meski Memiliki Pasangan yang Cantik

Daya saing sektor ini tercermin dari kinerja ekspornya sepanjang tahun 2019 yang mencapai USD12,89 miliar, dan pada periode Januari-juli 2020 telah menembus hingga USD6,15 miliar.

Selain itu, sebagai sektor padat karya, industri TPT di Indonesia telah menyerap tenaga kerja lebih dari 3,6 juta orang.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Kemenperin

Tags

Terkini

Terpopuler