Menanggapi Prediksi ITB Soal Tsunami, ini 3 Hal Penting yang Harus Dilakukan dalam Mitigasi Bencana

26 September 2020, 20:36 WIB
Ilustrasi tsunami. * /pixabay.com

PR TASIKMALAYA - Kabar tentang potensi tsunami yang dirilis BKMG beberapa waktu lalu, kini menjadi menjadi kabar menghebohkan warga Indonesia.

Pasalnya, kabar tersebut sangat mengkhawatirkan, karena tsunami yang diprediksi mencapai tinggi 20 meter.

Pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT), Widjo Kongko menegaskan, kajian atau publikasi terbaru itu seharusnya membuka wacana baru tentang ancaman tsunami di Pantai Selatan Jawa.

Baca Juga: Akan Jadi Kebiasaan Baru, WFH Diprediksi Bill Gates Akan Berlanjut Bahkan Setelah Pandemi Selesai

Penting diingat, hingga saat ini tidak ada teknologi apapun yang bisa memastikan kapan dan di mana gempa besar atau tsunami terjadi.

Potensi terjadinya tsunami memang bisa dihitung dengan berbagai model. Namun, perkiraan tinggi tsunami dan waktu tibanya hanya dapat dihitung setelah gempa benar-benar terjadi.

Oleh sebab itu, Widjo menegaskan bahwa hal yang penting dipertimbangkan dan sangat perlu dilakukan saat ini adalah mitigasi potensi bencana katastropik.

Baca Juga: Para Ahli Prediksi Puncak Covid-19 Berlangsung Tahun Depan, RUU APBN 2021 Fokus Atasi Dampak Pandemi

Oleh karena itu, untuk memitigasi hal tersebut disarankan untuk melakukan tiga langkah berikut, diantaranya:

1. Edukasi-sosialisai tsunami

Widjo menegaskan, upaya edukasi dan sosialisasi terkait dasar mitigasi potensi gempa besar yang dapat mengakibatkan tsunami dengan ketinggian tertentu, penting dilakukan di zona rawan tsunami.

Tidak hanya itu, dalam edukasi-sosialisasi ini juga perlu sekali pemangku kebijakan atau lembaga terkait melakukan pelatihan-pelatihan rutin evakuasi dan seterusnya sampai dengan tingkat desa-rumah tangga.

Baca Juga: Vaksin Ad26.COV2.S Tengah Dikembangkan, Diklaim Bisa Hasilkan Respon Kekebalan Kuat terhadap Corona

Widjo juga tidak bisa memastikan, apakah edukasi-sosialisasi tentang mitigasi potensi tsunami di Indonesia saat ini sudah maksimal dilakukan.

"Saya tidak bisa mengevaluasi kondisi mitigasi saat ini, tetapi memberi saran agar program ini bisa menyentuh ke tingkat keluarga dan anak-anak, melalui pendidikan atau kurikulum di PAUD, SD sampai SMA," jelasnya.

2. Sistem peringatan dini tsunami harus terintegrasi

Sebagai bentuk mewaspadai bencana terkait tsunami, maka perlu sekali penguatan mitigasi melalui tata ruang dan sistem peringatan dini tsunami (InaTEWS), terutama di wilayah-wilayah rawan termasuk pantai selatan Pulau Jawa itu.

Baca Juga: Menyebut Dirinya Presiden 'Hukum dan Ketertiban', Joe Biden: Trump Bukan Pemimpin yang Kuat

Tidak cukup hanya terpasang saja, tetapi sistem peringatan itu haruslah terintegrasi secara baik.

"Perlu dibangun dan operasional atau fungsioanlnya Sistem Peringatan Dini Tsunami terintegrasi, dari sensor-sendor yang terpasang di laut hingga ke darat," tegasnya. 

3. Tingkatkan dan sosialisasikan riset-riset berkaitan

Upaya mitigasi berikutnya yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan riset atau kajian terkait dengan sumber ancaman, survei laut, dan aspek sosial.

Menurut dia, kajian atau riset terkait potensi bencana ini memang sudah semakin banyak dihasilkan.

Baca Juga: Resmi Dimulai Hari Ini, Berikut Aturan Pelaksanaan Kampanye Pilkada Berdasarkan PKPU

"Tetapi, hasilnya perlu disosialisasikan dan dijadikan kebijakan," tegasnya.

Sebab, kebijakan pengurangan risiko bencana (PRB) harus berdasarkan data sains dan riset yang kuat.

Selain tiga langkah diatas hal yang perlu diingat adalah selalu berhati-hati dimana pun dan dalam cuaca apapun. Jadi tetap waspada dan berhati-hati tetap menjadi langkah yang tepat untuk kita semua.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler