Diminta Tangani Covid-19 di Delapan Provinsi, Luhut: Saya Diperintah Presiden

19 September 2020, 11:29 WIB
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan /

PR TASIKMALAYA –  Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan sejumlah upaya penanganan Covid-19.

Upaya penanganan Covid-19 di delapan provinsi merupakan kontributor terbesar kasus wabah tersebut.

Delapan provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, dan Sumatera Utara.

Baca Juga: Pasca TMMD Reguler Brebes, Masyarakat Kalinusu Berharap Rekonstruksi Bendungan Notog

Papua juga ditambahkan dalam daftar, meski bukan kontributor teratas sehingga total terdapat sembilan provinsi.

“Saya diperintahkan presiden mengkoordinir di delapan provinsi, sembilan sebenarnya yang berkontribusi 70 persen dari total kasus di Indonesia.

"Saya bekerjasama dengan Kepala Satgas Jenderal Doni dan Menkes Terawan dan target dua minggu kedepan ada beberapa hal yang sudah dirumuskan,” ujar Luhut yang disampaikan dalam jumpa pers virtual penanganan Covid-19 Jumat, 18 September 2020.

Baca Juga: Permodalan Jadi Kendala Pengembangan Bisnis, Kemenparekraf Dorong UMKM Masuk ke Pasar Modal

Luhut menjelaskan, pihaknya telah mendorong perubahan perilaku masyarakat lebih cepat lagi untuk melaksanakan protokol kesehatan.

Tim juga harus mendorong penurunan penambahan kasus harian, serta meningkatkan tingkat kesembuhan dan menurunkan tingkat kematian.

Luhut menyebut periode dua hingga tiga bulan ke depan merupakan masa kritis penanganan Covid-19 sebelum vaksin mulai didistribusikan.

Baca Juga: Terlalu Tipis dan Elastis, Masker Scuba Tidak Direkomendasikan untuk Menangkal Covid-19

“Perlu adanya upaya tegas untuk mengubah perilaku masyarakat menyusul kenaikan kasus yang cukup signifikan di Bulan September. Meski demikian, jumlah angka kesembuhan terus mengalami kenaikan,” ujar Luhut.

Menurut Luhut kondisi tersebut paradoks. Pasalnya ekonomi tidak bisa dibiarkan dibatasi terlalu lama. Namun, membuka ekonomi pun justru membuat kasus semakin tinggi, sementara vaksin hingga kini belum tersedia.

“Sekarang ketatkan lagi, ini sebenarnya seni seperti science dan art bagaimana memelihara keseimbangan antara penanganan Covid-19 dan ekonomi, sekaligus juga menunggu masa critical dilewati dengan adanya vaksin dan obat,” ujarnya.

Baca Juga: Satu Persatu Sektor Kena Dampak PSBB, Kebijakan Anies Dinilai Berimbas pada Traffict Penerbangan

Luhut mengaku tidak ada hal istimewa yang dilakukannya. Dia mengakui bahwa dia dibantu banyak anak muda, termasuk epidemiolog muda dalam upaya pengawasan Covid-19.

“Tidak ada hal yang istimewa yang saya lakukan. Jadi kalau ada yang bilang (saya) bukan epidemiolog, memang betul.

"Tapi saya dibantu banyak orang-orang pintar, anak-anak muda, orang-orang berkualitas yang membantu saya. Saya hanya manager, saya kira saya boleh klaim diri saya manajer yang baik,” jelasnya.

Baca Juga: 9 Rekannya Berhasil Maju ke Babak Final, 13 Kontestan yang Tereliminasi Beri Dukungan dan Semangat

Luhut berharap jika masa kritis bisa dilewati, maka pada tahun depan Indonesia diharapkan berada pada kondisi yang baik. Dia mengingatkan agar seluruh lapisan masyarakat harus kompak dan tidak saling menyalahkan atau menuduh sana-sini.

“Tenang saja, kita selesaikan ini dengan baik. Bahwa ini akan kita upayakan untuk betul-betul jangan sampai ada outbreak. Itu saja tugas kita, sampai nanti ada vaksin,” ujar Luhut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler