Di Akhir Tahun Beras Berpotensi Alami Kenaikan Harga, Peneliti Sarankan Pemerintah Ambil Tindakan

3 Desember 2020, 12:15 WIB
Ilustrasi Beras. //Pixabay/

PR TASIKMALAYA – Peneliti Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) Galuh Octania menyebutkan jika pemerintah perlu mengambil tindakan dalam mengantisipasi kemungkinan naiknya harga beras.

"Laporan indeks BURT (Indeks Bulanan Rumah Tangga) yang rutin dikeluarkan oleh CIPS setiap bulan menunjukkan harga beras kualitas medium sejak Oktober memang terpantau stabil tinggi dikisaran Rp 12.500 per kilogram,” jelas Galuh.

“Namun, harga ini berpotensi untuk mengalami kenaikan jelang Natal dan Tahun Baru 2021," tambah Dia.

Baca Juga: Awas Salah Paham! Penelitian Ungkap Efek Buruk Susu Kental Manis terhadap Anak-Anak

Anstisipasi potensi kenaiakan beras ini perlu segera dilakukan oleh pemerintah karena titik kenaikan harga selalu tampak di saat permintaan meningkat seiring dengan datangnya perayaan hari raya dan libur nasional.

Jumlah stok sebayak 1,1 juta ton, menurutnya, tidak hanya menandakan rendahnya stok dibandingkan dengan tahun lalu yang berjumlah 2,24 juta ton.

Namun stok di tahun 2020 juga lebih rendah dibandingkan dengan stok pada tahun 2018 yakni 2,19 juta ton.

Namun, stok beras saat ini terhitung lebih tinggi apabila dibandingkan dengan stok beras pada 2017 yang tercatat hanya 900.000 ton.

Baca Juga: Aksi Dudung Dinilai Tak Mewakili Pendapat TNI, Ridwan Saidi: Bisa Jadi Ada Sosok Powerfull

"Jika melihat perbandingan yang kurang lebih sama dengan keadaan di tahun 2017, Indonesia harus dapat mengantisipasi ketersediaan beras,, tidak hanya untuk menghadapi libur akhir tahun akan tetapi juga menghadapi kebutuhan tahun 2021," katanya.

Lebih lanjut, Galuh pun mengingatkan jika stok 2017 lalu telah memaksa pemerintah untuk melakukan importasi beras sebnayak 2,25 juta ton sepanjang 2018.

"Perhitungan akan impor harus dikalkulasikan sedini dan seefektif mungkin untuk menghindari kerugian akbat tingginya harga beras dan panjangnya birokrasi impor," kata Galuh.

Pada November 2020, BPS telah mencatat rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani turun 1,93 persen dan rata-rata harga beras premium di penggilingan turun 1 persen dibandingkan Oktober.

Baca Juga: Praktik Politik Uang Biasa Terjadi saat Pilkada, DPR: Jangan Coba-Coba untuk Melakukan Kecurangan!

"Ada penuruna yang tajam untuk GKP secara month to month yaitu sebsar 1,93 persen dibandngkan gabah kering giling (GKG) yang sebesar 1,74 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto pada Selasa, 1 Desember 2020.

Pasokan yang masih terjaga dibeberapa daerah karena masih musim panen menyebabkan harga gabah mengalami penurunan.

"Curah hujan juga tinggi sehingga bedampak ke kualitas gabah dan membuat turun harga, Ini yang barang kali menyebabkan harga gabah turun," analisisnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler