Network
Baik pada masa kolonial Belanda ataupun pemerintahan Jepang, ulama karismatik tersebut tetap rajin melakukan pemberontakan. Terutama pada rentang antara tahun 1940 sampai dengan 1941, dia begitu massif memberikan perlawanan pada penjajah Belanda.
Sehingga hal itu membuatnya tertangkap pada 17 November 1941, sebelum kemudian dipenjarakan di Sukamiskin.
Pada tahun 1942, Jepang sukses mengusir Belanda dan menguasai tanah air. Saat itulah, Zainal dibebaskan oleh pemerintahan Jepang dengan harapan dapat membantu mencapai misi negeri matahari terbit tersebut.
Sebuah misi fasisme Jepang untuk membawa ideologinya ke tanah air justru ditentang secara terang-terangan olehnya. Dalam beberapa kesempatan pidatonya, Zainal mengingatkan seluruh masyarakat untuk lebih berhati-hati pada fasisme Jepang yang dinilainya lebih berbahaya dari imperialisme Belanda.
Baca Juga: Jam Tayang The Escape of the Seven Episode 15 MALM INI, Simak juga Spoiler Cerita DI SINI
Puncaknya, dia menolak secara tegas terhadap perintah pemerintahan Jepang untuk melakukan Seikerei. Sebuah perlakuan memberi hormat pada kaisar Jepang dengan menundukan kepala dan badan ke arah kota Tokyo.
Zainal sebagai ulama dan tokoh Islam, praktis menolaknya. Sebab baginya hal itu jelas menentang ajaran Islam dan merubah arah kiblay seharusnya.
Pada 25 Februari 1944, terjadilah pemberontakan santri yang dipimpinnya untuk melawan Jepang. Hal itu membuahkan banyak nyawa puluhan santri hilang, dan dia kembali dipenjarakan di Bandung dan Cipinang, Jakarta.
Namanya hingga kini harum di seluruh pelosok Tasikmalaya atau bahkan Jawa Barat. Untuk mengenang sosok kepahlawanannya, dibangun lah sebuah tugu khas di tengah Kota Tasikmalaya dengan nama tugu dan jalan KH. Zainal Mustafa.
Baca Juga: Sempat Ditunda, Kapan A Good Day to Be a Dog Episode Selanjutnya Tayang?
