"Insyaallah kedepan, semoga ada bantuan lebih lanjut dari Dinas Sosial Pemkab Tasikmalaya. Sehingga rumah keluarga Holidin ini bisa dikordinasikan untuk dibantu rehab," jelas Imam.
Pada kesempatan itu pula, Danramil 1221/Taraju Kapten Czi Rohadi, kedepannya akan merencanakan langkah selanjutnya untuk membantu keluarga Holidin.
Termasuk berkordinasi bersama Muspika Kecamatan Taraju dan warga masyarakat sekitarnya untuk bergotong royong dalam merehab rumah keluarga Holidin.
Baca Juga: Berniat Liburan, Tujuh Pegawai BKN Tenggelam saat Naiki Perahu Motor di Perairan Aceh Besar
Mendengar segala rencana ini, Holidin dan istrinya, Rukoyah (63) hanya bisa berlinang air mata bahagia.
Ia pun tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada Dandim 0612/Tasikmalaya dan seluruh anggota TNI yang menyempatkan datang menjenguk keadaan mereka.
"Tidak ada balasan yang setimpa, selain pahala dari Alloh SWT," jelasnya sambil berkaca-kaca.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak tujuh jiwa dalam satu anggota keluarga hidup berhimpitan dalam sebuah rumah gubuk sempit dan nyaris roboh.
Baca Juga: Hadiri Laga Uji Coba Timnas Indonesia Lawan Persita Tangerang, Ketua PSSI Titipkan Pesan pada Pelatih Shin Tae-yong
Tidak hanya membahayakan jiwa para penghuninya, kondisi rumah yang sudah lapuk termakan usia ini juga dinilai tidak sehat untuk ditempati.
Pasalnya, setiap kali hujan turun, maka dipastikan bagian rumah akan mengalami kebocoran. Tidak ada bagian rumah yang aman untuk bernaung, apalagi bagi seorang bayi yang baru saja dilahirkan beberapa hari ini.
Rumah tersebut merupakan milik, Holidin (66) dan istrinya Rukoyah (63). Selain mereka berdua, tinggal juga di gubuk ini, Aas (23) dan Lilis (20), anak dan menantu Holidin.
Aas dan Lilin memiliki dua anak yang masih berusia 2 tahun dan bayi berusia 2 hari. Bayi inipun beruntung bisa melahirkan secara normal meski hanya dibantu tenaga dukun beranak atau paraji.
Satu orang lagi, Nurjanah (17), putri bungsu Holidin yang kembali menumpang di gubuk tersebut setelah ditinggal suaminya meninggal dunia satu tahun lalu.
Rumah panggung berukuran 7x5 meter ini hanya berdinding bilik bambu dan atap daun pohon rumbia (hateup kiray) serta injuk.
Di dalamnya tidak ada sekat pembatas antar ruangan. Meski pun ada bekas dua kamar tidur, namun kini dinding biliknya telah bolong.***