Luput dari Perhatian Pemerintah, Kondisi Sekolah di Desa Bojongkapol Tasikmalaya Berlantaikan Tanah dan Beratapkan Asbes

- 6 Februari 2020, 14:13 WIB
Kondisi bangunan  sekolah di Kampung Babakan Cibengang, Dusun Mekarjaya, Desa Bojongkapol, Kabupaten Tasikmalaya.*
Kondisi bangunan sekolah di Kampung Babakan Cibengang, Dusun Mekarjaya, Desa Bojongkapol, Kabupaten Tasikmalaya.* //Enjang Nurhaedin

PIKIRAN RAKYAT - Kondisi salah satu sekolah di Kampung Babakan Cibengang, Dusun Mekarjaya, Desa Bojongkapol, Kabupaten Tasikmalaya tampak begitu memprihatinkan.

Hal ini berdasarkan penuturan Enjang Nurhaedin, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Siliwangi yang sedang melakukan pengabdian di desa lokasi sekolah tersebut.

Kepada Pikiran-Rakyat.com, mahasiswa yang menjabat sebagai Wakil Koordinator Desa KKN Unsil Dusun Mekarjaya, Enjang berbagi cerita mengenai kondisi sekolah yang membuatnya prihatin.

Baca Juga: Bermodal Julukan Kota Santri, OJK Fokus Kembangkan Ekonomi Syariah di Tasikmalaya

Enjang menyebut, sekolah yang diberi nama MI dan SMPI Nurul Ummah Yayasan Al Falah ini tak layak untuk dijadikan tempat menuntut ilmu.

“Kondisi sekolahnya sangat memprihatikan, lantainya tanah, dindingnya bilik, itu juga pada bolong. Terus atapnya asbes, itu juga sama pada bolong, jadi kalau hujan suka tergenang,” paparnya.

Kondisi bangunan dalam sekolah.*
Kondisi bangunan dalam sekolah.* /Facebook Endang Nurhaedin


Tak hanya kondisi bangunan yang dinilai tak layak, tenaga pendidik di sekolah ini pun sangat jauh dari seharusnya, bahkan mencapai jumlah minimal pun tidak.

Baca Juga: Dibuat dengan Cita Rasa Berbeda, Berikut 5 Makanan Khas Tasikmalaya yang Wajib Anda Coba

Enjang menambahkan, guru yang memberikan ilmu di sekolah tersebut bisa terbilang lumayan banyak, namun guru-guru tersebut bukanlah guru tetap, sifatnya hanya membantu saja.

“Kalau guru yang menetap disana cuma satu lagi sekarang,” tutur Enjang.

Disinggung mengenai kemungkinan penyebab kurang perhatiannya sekolah ini, Enjang menyebut hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya karena status sekolah yang bersifat yayasan.

Ia menjelaskan, berdasarkan tuturan warga yang ditemuinya, dana desa yang dialirkan pemerintah pusat tidak bisa dianggarkan untuk pembangunan sekolah yang berstatus yayasan tersebut.

Baca Juga: Peringati Hari Kanker Sedunia, 1.000 Pohon Pencegah Kanker Ditanam di Tasikmalaya

Lalu dari segi administrasi, Data Pokok Pendidikan atau Dapodik yang mana merupakan sistem pendataan skala nasional yang terpadu dan merupakan sumber data utama pendidikan nasional mengalami keterbatasan.

“Sekolah ini pernah mau dibantu oleh dinas, namun Dapodiknya kurang,” jelasnya.

Faktor selanjutnya mengenai infrastruktur. Akses jalan yang sulit menjadi penyebab orang tidak bisa mengontrol atau sekadar berkunjung ke sekolah ini.

Tak hanya disebabkan faktor-faktor diatas, Enjang berpendapat penyebab yang paling fatal salah satunya mengenai tanggungjawab pemerintah setempat.

Baca Juga: Tak Mau Ada Delis Kedua, SMPN 6 Tasikmalaya Lekas Pasang 8 CCTV

“Langkah konkret pemerintah kurang. Misalnya pun tidak pakai dana desa atau anggaran apapun, yang penting kan harusnya ada solusi untuk membangun. Contohnya dengan melakukan gotong royong sedesa,” ungkap Enjang.

Pemerintah bisa saja memberikan pengumuman ke semua dusun yang lain untuk melakukan gotong royong atau pun menggalang dana berupa sedekah.

“Terus minimal tolong belikan bola voli, kostum dan baju untuk siswa di sekolah ini,” pungkasnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x