Pemkab Tasikmalaya Harus Gerak Cepat Tangani Pergerakan Tanah

6 Desember 2019, 14:54 WIB
/

SINGAPARNA (PR)- Kecamatan Puspahiang menempati kawasan rawan bencana dengan pergerakan tanah tinggi di Kabupaten Tasikmalaya.

Respon Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya pun harus cepat memetakan zona pergerakan tanah dan melakukan relokasi warga yang kediamannya rusak parah lantaran kejadian tersebut.

Hal tersebut diutarakan peneliti geologi asal Tasikmalaya Irev Jundulloh merujukk peta tata ruang wilayah Kabupaten Tasikmalaya 2011-2031.

Baca Juga: Dapat Penyuluhan dari Mahasiswa UI, Warga Kampung Naga Banyak yang Idap Hipertensi

Kerawanan tersebut dipicu kondisi Puspahiang dengan morfologi perbukitan bergelombang serta disusun batuan volkanik.

‎"Karakteristik batuan volkanik ini menghasilkan tanah yang gembur, sehingga kalau dijadikan sebagai pemukiman, akan menjadi beban bagi lahan tersebut," kata Irev saat dihubungi, Jumat 6 Desember 2019.

"Kondisi rumah retak itu adalah indikasi dari pergerakan tanah," tuturnya.

Irev menilai, pemerintah harus melakukan pemetaan zonasi pergerakan tanah di wilayah tersebut.

Baca Juga: Ratusan Rumah di Tasikmalaya Retak Akibat Pergerakan Tanah, Warga Takut Ambruk

"Harus dilakukan dengan cepat sehingga didapatkan usulan mitigasi bencana," ujar Irev.

Jika retakan rumah warga sudah terbilang parah sebagai dampak pergerakan tanah, mitigasi paling tepat adalah segera merelokasinya.

Dari data BPBD Kabupaten Tasikmalaya, sebanyak 164 rumah di Kedusunan Pendir, Desa Pusparahayu, Kecamatan Puspahiang rusak akibat pergerakan tanah.

Baca Juga: Inflasi di Tasikmalaya Disebabkan Kenaikan Harga Bawang dan Daging Ayam

Kondisi tersebut membuat sejumlah warga ketakutan kerusakan semakin berdampak ambruknya kediaman mereka. Kerusakan paling parah terjadi di Kampung Babakan, RT/RW 04 dan Burujul, RT 03 RW 04.

Beberapa kampung lain yang terdampak pergerakan tanah di Pusparahayu adalah Singajaya, Cigadung, Jajaway. Kerusakan rumah dan pergerakan tanah menuai kekhawatiran warga terdampak.

Pipih, 34 tahun dan Titi, 50 tahun, warga Kampung Babakan mengungkapkan kegelisahan terjadi pada malam hari.

"Kalau siang hari masih agak mending," ucap Pipih.

Baca Juga: Pohon Natal dari Lima Ribu Keping CD di GKI Veteran Tasikmalaya

Ia khawatir kembali terjadi pergerakan tanah susulan yang membuat tebing bukit di dekat kediamannya longsor. Kekhawatiran itu semakin bertambah lantaran hujan sudah mulai sering turun.

Saat ini, lanjut Pipih, retakan bukan hanya menimpa di rumah warga. Retakan juga terjadi di jalan kampungnya. Hal senada dikemukakan Titi.

Bila hujan turun di malam hari, Titi memilih mengungsi ke rumah saudaranya yang agak jauh dari tebing bukit. 

Baca Juga: Penegakan Hukum Tumpul, Tambang Ilegal di Tasikmalaya Tetap Berjalan

Kepanikan pun melanda keluarganya saat itu. Ia berharap, pemerintah terus menerus rutin mengontrol kondisi di Babakan sebagai salah satu yang terkena dampak paling parah akibat pergerakan tanah.

Ia pun meminta pemerintah menyediakan tempat yang aman dan membantu relokasi jika Babakan sudah tak aman lagi didiami.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya Wawan R Efendy mengimbau warga terdampak tetap tenang dan waspada.

"Kita menyiapkan titik kumpul, relawan standby (bersiap) di lokasi," ucapnya.

Baca Juga: Sudah Turun Hujan, Ketinggian Air di Situ Gede Masih Belum Normal

Sebelumnya,‎ BPBD telah menerjunkan 35 relawan guna membuat rambu-rambu evakuasi di lokasi terdampak. BPBD juga mengirimkan surat kepada Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Bandung.

Isi surat meminta agar pusat vulkanologi segera mengadakan pemeriksaan ke lapangan untuk meneliti musabab pergerakan tanah itu.

BPBD bakal melakukan rapat koordnasi dengan berbagai institusi terkait bencana tersebut untuk merumuskan langkah antisipasi dan mitigasi berbagai kemungkinan dampak pergerakan tanah tersebut.***

 

Editor: Abdul Muhaemin

Tags

Terkini

Terpopuler