Ridwan Kamil berharap kebijakan impor ini benar-benar mengedepankan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Kesejahteraan pertanian itu nomor satu, tanpa petani kita tidak akan jadi apa-apa kan. Nah manajemen timing ini yang penting.
"Salah satu keluhannya kalaupun iya ada impor hitungan jangan di sekarang, karena ini mau panen raya," ungkap Ridwan Kamil.
"Kalau panen raya berbarengan dengan impor nanti harganya kebanting. Kasihan (petani)," imbuhnya.
Padahal, lanjut Ridwan Kamil, dia sudah melihat susahnya mensejahterakan petani kecuali mempunyai keberpihakan yang kongkrit.
"Poinnya adalah daripada impor beras mending beli produk Jabar yang berlimpah lebih dari 300.000 ton," ucapnya.
Baca Juga: Rizal Ramli: Jika Benar-benar Pro Petani, Hapuskan Sistem Kuota Impor
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Dadan Hidayat mengatakan, kebutuhan beras warga Jabar berdasarkan data BPS itu mencapai 6,4 juta ton setiap tahunnya atau 128,4 kg perkapita pertahunnya.
Dari data BPS panen dari bulan Januari, Februari lalu, Maret April itu kan ada potensi panen. Tapi dari kacamata produksi dan kebutuhan itu ada surplus saya konversi ke beras sampai 320.000 ton sampai April