Pola Asuh Salah hingga Tak Diberi ASI Eksklusif, 575 Balita di Indramayu Menderita Gizi Buruk

- 3 Maret 2021, 18:45 WIB
Ilustrasi anak. Sebanyak 575 balita di Kabupaten Indramayu menderita gizi buruk selama tahun 2020.*
Ilustrasi anak. Sebanyak 575 balita di Kabupaten Indramayu menderita gizi buruk selama tahun 2020.* /Pixabay/Fifaliana

PR TASIKMALAYA- Jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sepanjang tahun 2020, sebanyak 575 balita.

Dari total 125.132 balita di Kabupaten Indramayu pada tahun 2020, sebanyak 0,4 persen balita mengalami gizi buruk.

Adapun, penyebab terjadinya gizi buruk pada 575 balita di Kabupaten Indramayu tersebut dikarenakan adanya pola asuh yang salah.

Baca Juga: Sering Dirasuki Roh Sang Nenek, Mantan Atlet Skating Indah Ini Terpaksa Ubah Hidupnya Jadi Dukun

Diketahui, sebagian besar balita yang menderita gizi buruk tersebut dialami oleh balita yang ibunya menjadi TKI di luar negeri.

Dinas Kesehatan setempat mengungkapkan, selain balita yang menderita gizi buruk, sebanyak 4.755 balita, atau sekitar 3,8 persen balita dengan gizi kurang juga ditemukan selama tahun 2020.

Sebagaimana diberitakan cirebonraya.pikiran-rakyat.com dalam artikel berjudul "575 Balita di Indramayu Alami Gizi Buruk", kepala Dinas Kesehatan setempat, Deden Bonni Koswara, menjelaskan balita berstatus gizi buruk itu penyebab terbanyaknya adalah akibat pola asuh yang tidak tepat.

Baca Juga: Moeldoko Tiba-Tiba Sampaikan Siap Panggil Erick Thohir, Ada Apa?

"Misalnya, seperti pemberian makanan yang terlalu dini ataupun tidak diberikannya air susu ibu (ASI) ekslusif," jelasnya.

Balita gizi buruk pada kategori tersebut, kata Deden, sebagian besar dipicu oleh faktor ekonomi dimana ibu balita harus bekerja ke luar negeri menjadi TKI.

Saat itulah, balita gizi buruk biasanya dititipkan kepada nenek atau kakek bahkan kerabatnya, sehingga tidak mendapatkan asupan makanan yang baik serta gizi yang adekuat (seimbang atau memadai).

Baca Juga: Casing HP Diduga Hasil Copet Berserakan di Selokan, Pemkot Bandung Diminta Tingkatkan Keamanan

Deden mengatakan, untuk mengatasi kondisi gizi buruk pada balita, dilakukan melalui program.

Caranya, dengan pelatihan para dokter umum, dokter anak, tenaga pelaksana gizi, bidan maupun kader untuk menyamakan persepsi mengenai penentuan gizi buruk dan gizi kurang.

Setelah pelatihan dilanjutkan dengan penimbangan balita yang biasanya dilaksanakan padaFebruari dan Agustus.

Baca Juga: Sebut Partai Demokrat hanya Partai Gurem Tanpa SBY, Musni Umar: Kenapa Tidak Bersyukur?

Namun, akibat pandemi Covid-19, kegiatan penimbangan balita tak bisa dilakukan secara serentak.

"Untuk bulan Februari belum diketahui jumlahnya. Sebab kami harus hati-hati dan bergilir, karena pandemi covid-19," tegas Deden.

Namun demikian, lanjut dia, dari hasil penimbangan bulan Februari tahun ini dipastikan diperoleh data mengenai balita yang berstatus gizi buruk, gizi kurang ataupun stunting.

Baca Juga: Bermimpi Menikah Selama 24 Tahun, Mimpi Pasangan Tunawisma Asal Filipina Akhirnya Terwujud

Jika balita tersebut membutuhkan perawatan di rumah sakit, maka akan dirujuk ke rumah sakit.

Setelah kondisinya membaik, maka akan dikembalikan ke puskesmas di wilayah masing-masing untuk pemantauannya.

"Dipantau Puskesmas selama tiga bulan," imbuh Deden.

Dalam perkembangan yang sama bocah penderita,Uswa Aora Istiqomah, asal RT 05/01 Blok Gempol, Desa Sleman Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu telah dirujuk ke RSUD Indramayu untuk menjalani perawatan.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti: Bang Rizal Ramli Saja Masih Kecele, Terus Level Saya yang Cuman SMP Apa Dong?

"Gizi buruk yang dialami Uswa itu disebabkan oleh penyakit penyerta yang dideritanya," tandas Deden.***(Hendra Sumiarsa/cirebonraya.pikiran-rakyat.com)

Editor: Arman Muharam

Sumber: Cirebon Raya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x