BPBD Jawa Barat Susun Peta Rawan Bencana, Upaya Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana

20 Januari 2021, 06:15 WIB
Ilustrasi bencana longsor/ /Ahmad R/Media Pakuan

PR TASIKMALAYA - Potensi terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, gempa bumi, hingga tsunami bisa terjadi di Provinsi Jawa Barat yang merupakan provinsi yang rawan terhadap bencana.

Untuk kategori risiko bencana tinggi di Jawa Barat berada di 14 daerah dan 13 daerah termasuk risiko bencana sedang.

Dengan demikian dari jumlah 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat tidak ada yang termasuk daerah risiko rendah bencana.

Baca Juga: Indonesia Dilanda Berbagai Musibah, Nia Ramadhani Merasa Sedih: Saya Ikut Berbelasungkawa

Dani Ramdan selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyatakan, pihaknya telah menyusun mengenai kajian risiko bencana serta peta rawan bencana.

BPBD Jawa Barat sedang menyusun peta rawan bencana sampai ke tingkat desa sebagai harapan masyarakat mampu memahami mengenai kondisi kebencanaan di lingkungannya.

"Pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk tetap waspada amat krusial. Hanya gempa yang tidak bisa diprediksi kapan dan di mana terjadi," ujarnya.

Baca Juga: Jokowi Terjang Banjir Kunjungi Kalimantan Selatan, Husin Shihab Singgung SBY: Tuhan Suka

"Tapi kalau banjir, kita lihat dari kondisi alam termasuk banjir rob karena air laut yang naik. Sedangkan, tsunami dan gempa tidak bisa diprediksi," sambungnya dikutip Tasikmalaya-PikiranRakyat.com dari website resmi Pemprov Jawa Barat.

Menurut Dani, setelah peta rawan bencana disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana penanggulangan bencana (RPB) di tingkat kabupaten/kota dan provinsi.

Dari RPB itu, rencana kontingensi jenis kebencanaan untuk setiap kabupaten/kota dapat disusun.

Baca Juga: Kota Bekasi Paling Patuh Protokol Kesehatan, Kang Emil: Pertahankan Prestasi untuk Kota Bekasi

"Dari rencana dan peta rawan bencana itu, pemerintah desa bisa menyusun, misalnya jalur evakuasi manakala akan berpotensi bencana, tempat evakuasi atau pengungsian," ujarnya.

Kalau itu sudah ditambah kesiapan personel dan peralatan bencana, maka bencana itu bisa kita hadapi. Ada yang bisa kita cegah, ada yang tidak bisa, seperti gempa. Tapi, kalau kita punya kesiapsiagaan, paling tidak bisa meminimalisasi dampak atau risiko," sambungnya.

Dani menyatakan, adanya kewaspadaan serta kesadaran masyarakat akan adanya potensi bencana di wilayahnya perlu diperhatikan.

Baca Juga: Sebut Ramalan Mbak You Bisa Terjadi, Arief Poyuono: Bekerja Sungguh-sungguh, Ramalan itu Akan Salah

Selain untuk mencegah terjadinya bencana, hal tersebut dapat meminimalisir mengenai korban meninggal dunia serta kerugian harta benda yang diakibatkan dari bencana yang terjadi.

"Jika masyarakat sadar akan potensi bencana di lingkungan sekitarnya, maka mereka dapat melakukan mitigasi bencana," ujarnya.

"Contohnya dengan rutin memeriksa dan membersihkan saluran-saluran air di sekitarnya, supaya tidak tersumbat oleh sampah atau material lainnya. Memeriksa tebing-tebing, apakah vegetasinya atau tembok penahan tanahnya masih bagus," tuturnya.

Dani juga menambahkan potensi longsor bisa terjadi dengan ditandai adanya retakan di tanah atau tembok penahan apalagi jiga terdapat aliran air yang merembes.

Baca Juga: Hoax atau Fakta: Jenazah Gempa di Mamuju Dibungkus dengan Daun Pisang karena Krisis Kain Kafan

"Dalam kondisi demikian khususnya ketika terjadi hujan lebat, sebaiknya masyarakat yang bermukim di sekitar tebing seperti itu melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman. Hal yang sama bisa dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai," ujarnya.

"Jika tinggi muka air sungai sudah mencapai level yang membahayakan, segera lakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi," sambungnya.

Dalam waktu nol sampai tiga pilih menit ketika terjadinya bencana atau disebut periode golden time, 34 persen keselamatan sesorang bersumber dari kesiapsiagaannya.

Berkat kemampuan dan pengetahuan dari seorang individu untuk melakukan evakuasi maka ada risiko untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Gunung Mas Bogor Diterjang Banjir Bandang, 900 Warga Diungsikan

"31 persen bersumber dari pertolongan orang-orang terdekat, yakni anggota keluarga yang juga memiliki pengetahuan dan rencana kontigensi yang dilatihkan jika terjadi bencana, 17 persen faktor keselamatan lainnya bersumber dari pertolongan komunitas.

"Peran BPBD, Tim SAR dan petugas lainnya hanya menyumbang 1,8 persen saja, karena pada saat golden time mereka tidak berada persis di tempat bencana," jelasnya. ***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Pemprov Jabar

Tags

Terkini

Terpopuler