Esainya membahas pidato yang dibuat Xi pada tanggal 23 Februari, dan mengatakan itu mengungkapkan "krisis pemerintahan" di partai tersebut.
Meskipun tidak menyebutkan nama Xi, Ren dilaporkan menulis bahwa dia melihat pemerintahan Xi seperti seorang badut telanjang yang bersikeras untuk terus menjadi kaisar di Negara Tiongkok.
“Realitas yang ditunjukkan oleh epidemi ini adalah bahwa partai membela kepentingannya sendiri, pejabat pemerintah membela kepentingan mereka sendiri, dan raja hanya membela status dan kepentingan inti,” tulisnya dalam esai tersebut saat itu.
Baca Juga: Kementerian Agama RI Menanti Pengumuman Arab Saudi soal Izin Umrah
Pada 2016, Ren menjalani masa percobaan selama setahun sebagai hukuman atas kritik publiknya terhadap kebijakan pemerintah.
Akun media sosialnya, yang memiliki puluhan juta pengikut, kemudian ditutup.
Beijing telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap masyarakat sipil sejak Xi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, memperketat pembatasan kebebasan berbicara dan menahan ratusan aktivis dan pengacara.***