Pemilu AS Jadi Urusan Negara Dunia, Rusia juga Iran Diklaim Ikut Campur Jatuhkan Trump Maupun Biden

- 8 Agustus 2020, 18:00 WIB
Donald Trum dan Joe Biden.*
Donald Trum dan Joe Biden.* /

PR TASIKMALAYA - Rusia kini disebut tengah aktif bekerja untuk mengalahkan calon Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden.

Sementara Tiongkok disebut tidak mendukung Presiden Donald Trump untuk terpilih jadi Presiden AS.

Analisis itu diterbitkan Jumat, 7 Agustus 2020 oleh kepala Pusat Kontra-Intelijen dan Keamanan Nasional AS.

Baca Juga: Setelah Dicari-Cari, Pelaku Aksi Fetish Kain Jarik Berkedok Riset Akhirnya Berhasil Dibekuk Polisi

Analisis itu juga menyimpulkan bahwa Iran sedang bekerja untuk memicu perpecahan dan membuat Trump kalah sebelum pemilu 2020.

"Motivasi Teheran untuk melakukan kegiatan semacam itu, sebagian didorong oleh persepsi bahwa terpilihnya kembali Presiden Trump akan mengakibatkan berlanjutnya tekanan AS terhadap Iran," bunyi dari analisis tersebut.

Tak hanya itu, Iran juga khawatir bahwa pemerintahan Trump akan mendorong adanya perubahan rezim.

Baca Juga: Akui Sakit Hati oleh Perkataan Orang Tua Sang Korban, Seorang Dosen Tusuk Kekasihnya hingga Tewas

Ancaman saat ini dikatakan berjalan lebih jauh dibanding peringatan umum yang dikeluarkan Rusia bulan lalu bahwa lembaga-lembaga demokrasi AS tetap menjadi target utama musuh yang paling tangguh.

Rusia terus campur tangan sejak tahun 2016, bahkan juga memberi nama pada kampanye tersebut.

"Anggota parlemen Ukraina Pro-Rusia Andriy Derkach menyebarkan klaim tentang korupsi, termasuk melalui panggilan telepon yang bocor untuk melemahkan pencalonan mantan Wakil Presiden Biden dan Partai Demokrat," kata laporan itu, dikutip dari USA Today.

Baca Juga: Minta Pengawasan dari Bawaslu, Mendagri Imbau Kampanye Pilkada 2020 Tidak Boleh Gelar Dangdutan

Beberapa aktor yang terkait Kremlin juga berusaha untuk meningkatkan pencalonan Presiden Trump di media sosial dan televisi Rusia.

Derkach telah membocorkan rekaman percakapan telepon antara Biden dan mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang berusaha menghubungkan Wakil Presiden Biden saat itu dengan upaya yang didiskreditkan untuk melindungi urusan bisnis putranya di negara itu.

Sementara di Tiongkok, para pejabat telah memperluas upaya pengaruhnya untuk membentuk lingkungan kebijakan di Amerika Serikat dan menekan tokoh politik yang dipandangnya bertentangan dengan kepentingan Tiiongkok.

Baca Juga: Bawa Pulang Warga India yang Terdampar Akibat Covid-19, Pesawat Boeing 737 Terbelah Menjadi Dua

"Meskipun Tiongkok akan terus mempertimbangkan risiko dan manfaat dari tindakan agresif, retorika publiknya selama beberapa bulan terakhir telah semakin kritis terhadap tanggapan Covid-19 pemerintahan saat ini, penutupan Konsulat Houston Tiongkok, dan tindakan terhadap masalah lain," kata analis.

Analisis AS mencatat kritik keras Tiongkok terhadap tindakan pemerintah terkait dengan Hong Kong dan upaya presiden untuk melarang aplikasi TikTok dan WeChat milik Tiongkok.

Analisis itu menyebut bahwa menjelang pemilihan umum AS 2020, negara-negara asing akan terus menggunakan langkah-langkah pengaruh terselubung dan terbuka dalam upaya mereka untuk mempengaruhi preferensi dan perspektif pemilih AS.

Baca Juga: Sempat akan Dijemput Paksa Pihak Kepolisian, Pengacara Djoko Tjandra Akhirnya Jalani Pemeriksaan

"(Mereka) mengubah kebijakan AS, meningkatkan perselisihan di Amerika Serikat, dan merusak kepercayaan rakyat Amerika terhadap kami. proses demokrasi. Mereka juga dapat berupaya untuk mengkompromikan infrastruktur pemilu kami untuk berbagai kemungkinan tujuan, seperti mengganggu proses pemungutan suara, mencuri data sensitif, atau mempertanyakan validitas hasil pemilu," seperti tertera dalam analisis intelijen AS.

Namun, laporan tersebut menetapkan bahwa akan sulit bagi musuh untuk mengganggu atau memanipulasi hasil pemungutan suara dalam skala besar.***

 

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: USA TODAY


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah