PR TASIKMALAYA - Kelompok pribumi di Ekuador telah menyandera dua orang polisi dan seorang warga sipil.
Hal itu dilakukan untuk menuntut pihak berwenang mengembalikan jenazah seorang pemimpin komunitas yang meninggal karena Covid-19.
Baca Juga: Ungkap Pil Pahit Selama di Tahanan, Ahok Sebut Veronica Tan ke Singapura dengan 'Teman Dekat'
Dilansir dari Reuters, Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo mengatakan, jenazah pemimpin tersebut telah dimakamkam dengan protokol kesehatan.
"Petugas polisi tidak dapat dianggap sebagai tawar menawar dalam keadaan ini atau dalam keadaan apa pun," cuit Romo dalam akun Twitter-nya.
Baca Juga: Ayah Khabib Nurmagomedov Meninggal Dunia karena Covid-19
Romo juga menyematkan tiga buah foto yang menunjukkan foto pejabat yang duduk di sebuah bangunan kayu sambil dikeliling masyarakat yang membawa tombak.
Estos protocolos existen para evitar nuevos riesgos de contagio en la población. Es una medida sanitaria aquí y la mayoría de países del mundo.
Los policías no pueden ser considerados moneda de intercambio ni en esta ni ninguna circunstancia.
El secuestro es un delito. https://t.co/EAQ8volO8o— María Paula Romo (@mariapaularomo) July 3, 2020
Salah satu anggota komunitas, Shuar Kumay bersikeras jika Alberto Mashutak tak meninggal karena terpapar Covid-19.
Baca Juga: Khawatir Terpapar Virus Corona, Suku Yanomami Kecam Kunjungan Militer dan Wartawan
Pihaknya ingin mendapatkan izin untuk memberikan penghormatan terakhir pada sang pemimpin dengan memberinya penguburan tradisional.