Lebih Sadar Soal Ketimpangan Rasial, Warga Amerika Serikat Masih Menolak Reparasi

- 26 Juni 2020, 10:55 WIB
Ilustrasi aksi unjuk rasa memprotes tewasnya George Floyd yang sering berujung pada kerusuhan.*
Ilustrasi aksi unjuk rasa memprotes tewasnya George Floyd yang sering berujung pada kerusuhan.* /- Foto: Pixabay/PDBVerlag

PR TASIKMALAYA - Masyarakat Amerika Serikat (AS) semakin sadar akan ketidaksetaraan rasial di negaranya, namun sebagian besar masih menentang penggunaan pembayaran satu kali, yang dikenal sebagai reparasi, untuk mengatasi kesenjangan kekayaan yang terus-menerus antara warga kulit hitam dan warga kulit putih.

Menurut jajak pendapat Reuters/ Ipsos bulan ini, hanya satu dari lima responden yang setuju Amerika Serikat harus menggunakan 'uang pembayar pajak untuk membayar ganti rugi kepada keturunan orang yang diperbudak di Amerika Serikat.'

Seruan meningkat dari sejumlah politisi, akademisi, dan ekonom agar pembayaran semacam itu dilakukan kepada sekitar 40 juta orang Afrika-Amerika, di tengah diskusi yang berkembang tentang ras di Amerika. Setiap program reparasi federal dapat menelan biaya triliunan dolar, menurut perkiraan mereka. 

Baca Juga: Bisa Picu Perang, Tiongkok Minta Jepang Menolak Jadi Tuan Rumah Rudal Amerika

Pendukung mengatakan pembayaran seperti itu akan bertindak sebagai pengakuan atas nilai tenaga kerja paksa yang tidak dibayar yang mendukung perekonomian negara-negara bagian AS Selatan sampai Perang Sipil berakhir sebagai perbudakan pada tahun 1865, janji hibah tanah yang hancur setelah perang dan beban abad ini dan setengah dari segregasi hukum dan de facto yang mengikuti.

Sebuah jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada hari Senin dan Selasa menunjukkan perpecahan yang jelas di sepanjang garis partisan dan ras, dengan satu dari 10 responden kulit putih yang mendukung gagasan tersebut dan separuh dari responden kulit hitam mendukungnya.

Partai Republik sangat ditentang, hampir 80 persen, sementara sekitar satu dari tiga Demokrat mendukungnya. Jajak pendapat tidak menanyakan responden mengapa mereka menjawab seperti itu. Kritik lain mengatakan terlalu banyak waktu telah berlalu sejak perbudakan dilarang, dan menyatakan kebingungan tentang bagaimana itu akan bekerja.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Beredar Kabar Pernyataan Megawati Mengaku Dirinya Menganut Paham Komunis

"Saya bukan rasis dan menganggap itu penghinaan bagi seseorang untuk membayar saya atau orang lain yang semata-mata didasarkan pada warna kulit mereka," ujar Burgess Owens, seorang pensiunan pemain National Football League dan seorang kandidat Partai Republik untuk Kongres dari Utah, dikutip PikiranRakyat-Tasikmlaya.com dari Reuters.

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x