Menurutnya dengan menggunakan tanda baca garis miring, Bahasa Indonesia/Melayu. Hal itu karena menurut Jimly Asshiddiqie penuturnya lebih banyak di Indonesia.
"Bisa juga nama resmi (bahasa) ASEAN yang disepakati ditulis dengan garis miring: “Bahasa Indonesia/Melayu”," tulisnya.
"Alasannya karena (1) penuturnya jauh lebih banyak di Indonesia, (2) RI tidak mungkin mengubahnya karena produk sejarah sejak Sumpah Pemuda 1928 dan sekarang sudah ditentukan dalam Pasal 36 UUD 1945," sambungJimly Asshiddiqie.
Selain itu, menurutnya kedepannya jumlah penutur Bahasa Melayu yang dekat dengan dialek Bahasa Indonesia juga akan menjadi mayoritas di negara-negara ASEAN.
Baca Juga: Manfaat dan Khasiat Mengkonsumsi Buah Kurma
Sehingga ia menilai bahwa Bahasa Indonesia/Melayu tepat jadi bahasa resmi ASEAN.
"Di akhir abad-21, jumlah penutur Bahasa Melayu yang dekat ke dialek (Bahasa) Indonesia akan jadi mayoritas di Singapore, Brunei, Filipina Selatan, Thailand selatan, Kamboja dan bahkan di Malaysia sendiri," katanya.
"Maka bahasa Indonesia/Melayu tepat jadi nama lingua franca masyarakat Asia Tenggara," pungkas Jimly Asshiddiqie.