Namun ia meyebutkan bahwa dalam perang wabah ini, virus corona tidak bisa dilawan dengan senjata tradisonal seperti layaknya perang-perang yang sedang atau telah terjadi di dunia.
Ia menyebut bahwa wabah yang merebak di dunia ini tidak diketahui musuhya, sehingga cukup sulit untuk melawan virus tersebut.
"Tapi ini perang yang tidak bisa dilawan dengan senjata tradisional, karena kita belum tahu siapa musuhnya dan jadi sulit untuk bertarung," ujar Re.
Ia hanya bisa mengimbau masyarakat untuk tetap berada di rumahnya masing-masing dan tetap megikuti prosedur dalam menjaga kebersihan dan kesehatan yang selama ini telah dikoarkan olah setiap pemerintah.
Di balik jasanya yang sangat besar dalam menangani wabah virus corona tersebut, Re juga ternyata merasa tertekan dengan semua yang sedang terjadi di dunia ini setelah adanya wabah COVID-19.
"Saya biasanya orang yang bahagia, mengobrol dan becanda dengan semua orang. Tapi sekarang ada hari-hari ketika saya menangis dan tertekan," ujar Re.
Rasa tertekan juga dirasakan oleh beberapa dokter yang ikut menangani wabah COVID-19. Mereka menyatakan bahwa setiap hari harus menangani pasien pneumonia dari pagi hingga malam.
Ahli anestesi itu mengatakan kepada surat kabar Corriere della Sera bahwa tekanannya begitu besar karena harus menyelamatkan nyawa dengan ditentukan usia dan kondisi kesehatan.
Baca Juga: Asyik Berpesta Miras di Pinggir Jalan Tasikmalya, Enam Remaja Diciduk Polisi