Survei Sebut Media di Afghanistan Berada di Ambang Kehancuran, 60 Persen Jurnalis Menganggur

- 25 Desember 2021, 19:14 WIB
Ilustrasi jurnalis. Sebuah survei terbaru menyebut bahwa media di Afghanistan berada di ambang kehancuran yang menyebabkan 60 persen jurnalis menganggur.
Ilustrasi jurnalis. Sebuah survei terbaru menyebut bahwa media di Afghanistan berada di ambang kehancuran yang menyebabkan 60 persen jurnalis menganggur. /Pixabay/Engin Akyurt/

PR TASIKMALAYA – Survei terbaru menyebut bahwa media dan jurnalis di Afghanistan berada di ambang kehancuran karena menghadapi kekurangan dana menyusul pengambilalihan oleh Taliban pada Agustus tahun ini.

Survei terkait media di Afghanistan itu dirilis oleh Reporters Without Borders (RSF) dan Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan (AIJA).

Hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 43 persen media Afghanistan telah menutup operasi mereka, membuat hampir 60 persen jurnalis menganggur.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera, survei tersebut mengatakan pengambilalihan oleh Taliban telah mengubah lanskap media Afghanistan.

Baca Juga: Link Nonton Snowdrop Episode 4 Sub Indo, Su Ho Kembali ke Asrama Young Ro  

Dari 543 media yang beroperasi di negara itu pada awal musim panas, hanya 312 yang beroperasi pada akhir November.

Sebanyak 231 media harus ditutup dan lebih dari 6.400 wartawan kehilangan pekerjaan sejak pertengahan Agustus.

Salah satu alasan utama perubahan lanskap media adalah krisis ekonomi dan pembatasan tertentu yang diberlakukan oleh pemerintah Taliban.

Baca Juga: Link Streaming The Red Sleeve Sub Indo Episode 14 dan 15: Yi San Lakukan Hal Ini Demi Seong Deok Im

Di Shamshad TV, sebuah saluran TV lokal di Kabul yang beroperasi seperti biasa, manajer pengumpulan berita saluran tersebut, Abid Ehssas, mengatakan bahwa media sangat terpukul oleh hilangnya pendapatan iklan.

Dia juga menambahkan bahwa pembatasan yang diberlakukan telah memaksa banyak organisasi bahkan beralih ke swasensor.

Perempuan yang bekerja di industri media juga sangat terpukul, dengan lebih dari 84 persen dari mereka menganggur sejak pengambilalihan Taliban, dibandingkan dengan 52 persen pria.

Baca Juga: Peran Ibu Hadapi Anak Milenial, Okky Asokawati: Ada 4M yang Tidak Dimiliki Kaum Laki-laki

Namun, perempuan tetap muncul di TV. TV TOLO yang paling populer di Afghanistan terus mempekerjakan orang-orang media perempuan.

Bekerja di mejanya, reporter TV Shamshad Shukria Niazai mengatakan dia mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaannya, tetapi kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya.

Namun, Niazai tidak yakin dengan masa depan karena lingkungan bagi jurnalis di ibu kota dan seluruh negeri menjadi sulit.

Baca Juga: Tes Psikologi: Apakah Kamu Orang yang Baik? Temukan Jawabannya dari Melihat Gambar Anjing atau Kucing

Media harus memenuhi “11 Aturan Jurnalisme” yang dikeluarkan oleh kementerian informasi dan budaya pemerintah Taliban.

Aturan Jurnalisme membuka jalan bagi penyensoran dan penganiayaan, dan merampas kemerdekaan para jurnalis.

Asosiasi Jurnalis Nasional Afghanistan mengatakan situasi tersebut merusak media Afghanistan dan kurangnya akses ke informasi telah membuatnya semakin serius bagi wartawan Afghanistan.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Pilih Motif Bulan dan Jawabannya Akan Ungkapkan Sesuatu yang Akan Terjadi!

Wartawan selalu berada di garis depan dalam 20 tahun terakhir, menjadi sasaran Taliban, kelompok bersenjata ISIL (ISIS), geng kriminal dan, dalam beberapa kasus, mantan pemerintah Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat.

Pada tahun 2018, sembilan jurnalis Afghanistan tewas dan enam lainnya terluka dalam serangan bunuh diri, yang diklaim oleh afiliasi ISIL.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x