Karena Hal Ini, Ilmuwan Jepang Sebut Virus Corona Varian Delta Miliki Potensi untuk Punah

- 23 November 2021, 12:25 WIB
Ilustrasi Covid-19 varian Delta. Ilmuwan dari Jepang meyakini bahwa virus Corona varian Delta memiliki potensi untuk akhirnya menjadi punah karena ini.
Ilustrasi Covid-19 varian Delta. Ilmuwan dari Jepang meyakini bahwa virus Corona varian Delta memiliki potensi untuk akhirnya menjadi punah karena ini. /Geralt/Pixabay

PR TASIKMALAYA – Ilmuwan di Jepang menyebut bahwa varian Delta dari virus Corona dapat bermutasi terus menerus hingga akhirnya menjadi punah.

Contoh dari penelitian ilmuwan itu diambil dari apa yang terjadi di negaranya, Jepang, di mana mereka mencatat hanya 140 kasus virus setiap hari.

Meskipun demikian, Jepang telah terpukul parah oleh strain Delta yang lebih menular sejak tiga bulan lalu.

Kasus memuncak sekitar 23.000 sehari pada bulan Agustus, tetapi sejak itu jumlahnya menurun secara signifikan.

Baca Juga: Jadwal Vaksin Covid-19 di Kota Tasikmalaya Senin, 29 November 2021, Sediakan AstraZeneca, Sinovac, dan Pfizer

Bahkan pada Jumal, 19 November 2021, hanya 16 kasus baru yang tercatat di ibu kotanya, Tokyo.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Mirror, salah satu teori terkait penurunan mendadak dalam tingkat infeksi Delta adalah bahwa mutasi yang berkelanjutan telah menyebabkan keefektifannya gagal.

Meskipun mutasi dapat membuat virus menjadi lebih kuat, susunannya berubah seiring waktu saat  bereplikasi.

Baca Juga: Perut Buncit Jessica Iskandar Jadi Sorotan, Istri Vincent Verhaag Pamer Potret Kehamilannya

Hal itu menyebabkan gen mengalami kesalahan penyalinan, yang dapat menyebabkan jalan buntu evolusi.

Peneliti yang dipimpin oleh National Institute of Genetics, Mishima, Jepang, menemukan banyak perubahan genetik sebelum proses evolusi terhenti secara tiba-tiba.

Ituro Inoue, seorang profesor genetika di institut tersebut, mengatakan bahwa varian Delta di Jepang sangat menular dan menjauhkan varian lain.

Baca Juga: IOC dan Peng Shuai Lakukan Komunikasi Lewat Telepon, Amnesty International: Zona Berbahaya

“Tetapi ketika mutasi menumpuk, kami percaya itu akhirnya menjadi virus yang salah dan tidak dapat membuat salinan dirinya sendiri.

“Mengingat bahwa kasusnya belum meningkat, kami berpikir bahwa pada titik tertentu selama mutasi semacam itu, akan langsung menuju kepunahan alami,” jelasnya.

Profesor Inoue mengatakan virus masih akan menyebar jika Delta hidup dan sehat.

Baca Juga: Berbeda dengan Fuji yang Sibuk Urus Gala, Ayah Vanessa Angel Justru Terbitkan Mayang Jadi Penyanyi: Curahkan..

Dr Simon Clarke, Kepala Divisi Ilmu Biomedis dan Teknik Biomedis di University of Reading, menjelaskan terlalu banyak mutasi dapat menyebabkan virus mati.

"Virus itu mengakumulasi terlalu banyak mutasi dan karenanya bisa berhenti bereplikasi.

“Ketika Anda mendapatkan virus seperti itu, virus itu mati begitu saja. Layaknya orang yang tidak pernah memiliki anak, materi genetiknya berhenti. Itu tidak berarti bahwa semua orang berhenti menghasilkan anak," jelasnya.

Baca Juga: Fuji Kenang Kebiasaan Lucu dari Vanessa Angel: Diem-diem...

Dr Clarke juga menjelaskan bahwa ada kemungkinan strain berhenti berevolusi, tetapi hanya ketika berhenti bereplikasi yang menurut para ilmuwan Jepang telah terjadi.

“Anda perlu entah bagaimana memutuskan rantai penularan dan beberapa mutasi akan membuat virus tidak dapat bertahan, mereka menjadi jalan buntu evolusioner. Namun, itu hanya akan terjadi pada sebagian kecil kasus,” jelasnya.

“Masih akan ada banyak virus Corona di sekitar yang mampu menginfeksi orang dan akan melakukan hal itu sampai kita memiliki kekebalan yang cukup atau kita dapat memutuskan rantai penularan, itulah yang terjadi dengan SARS karena penularannya tidak sebaik Covid-19,” pungkasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Mirror


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x