Komite mengatakan pandemi yang berlarut-larut membuat keadaan darurat kemanusiaan, migrasi massal, dan krisis lainnya menjadi lebih kompleks. Oleh karena itu, negara-negara harus merevisi rencana kesiapsiagaan dan tanggapan mereka.
Ini menimbulkan kekhawatiran tentang tantangan Afrika dalam mengatasi pandemi, termasuk akses ke vaksin, tes dan perawatan, serta mengumpulkan dan menganalisis data untuk memantau evolusi pandemi yang terjadi.
Baca Juga: Kim So Yeon Terima Tawaran untuk Bintangi 'Tale of The Nine Tailed 2', Begini Kata Agensi
Hanya 14 dosis vaksin yang telah diberikan per 100 orang di Afrika, menurut perhitungan AFP.
Angka itu mencapai 128 dosis di Amerika Serikat dan Kanada; 113 di Eropa; 106 di Amerika Latin dan Karibia; 103 di Oseania; 102 di Asia; dan 78 di Timur Tengah.
Komite tersebut pertama kali menyatakan pada 30 Januari tahun lalu bahwa virus itu adalah darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) dan alarm tertinggi yang dapat dibunyikan WHO.
Baca Juga: Jarang Terekspos, Ibunda Natasha Wilona Mendadak Jadi Sorotan Netizen: Cantiknya Turunan
Komite mempertahankan desakannya bahwa bukti vaksinasi tidak boleh diperlukan untuk perjalanan internasional atau menjadi satu-satunya syarat untuk itu mengingat akses global yang terbatas dan distribusi vaksin Covid-19 yang tidak adil".
Sebaliknya, negara-negara harus mempertimbangkan "pendekatan berbasis risiko untuk memfasilitasi perjalanan internasional dengan mencabut atau memodifikasi tindakan, seperti persyaratan pengujian dan/atau karantina, bila perlu.
Komite juga meminta negara-negara untuk mengakui semua vaksin yang telah diberikan persetujuan penggunaan darurat oleh WHO.***