PR TASIKMALAYA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah secara resmi merekomendasikan vaksin pertama untuk penyakit malaria.
Vaksin malaria tersebut dikembangkan oleh GlaxoSmithKline (GSK) Plc, sebuah perusahaan industri farmasi asal Inggris.
WHO menganjurkan vaksin malaria ini pada hari Rabu, 6 Oktober 2021, untuk digunakan di wilayah dengan penularan sedang hingga tinggi.
Untuk saat ini, vaksin malaria diutamakan penggunaannya bagi anak-anak di sub-Sahara Afrika, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Star.
Berdasarkan data dari WHO, malaria merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk yang membunuh sekira 400.000 orang di dunia setiap tahunnya.
Vaksin ini adalah hasil penelitian selama tiga dekade dengan investasi 1 miliar dolar atau sekira Rp 14 triliun, dan akan digunakan secara lebih luas.
Baca Juga: 8 Dugaan Kejanggalan Lesti Kejora dan Rizky Billar yang Mengaku Nikah Siri di Bulan April 2021
Hadirnya vaksin malaria menandai titik balik pertempuran melawan parasit yang menyebabkan penyakit tersebut.
Namun, menurut hasil penelitian besar, suntikan vaksin ini hanya akan mencegah 4 dari 10 kasus malaria pada anak-anak yang menerima empat dosis.
Meskipun demikian, suntik vaksin malaria masih bisa digunakan untuk menyelamatkan ratusan ribu nyawa.
Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika, mengatakan bahwa kehadiran vaksin ini telah menawarkan secercah harapan bagi benua Afrika yang memiliki kasus malaria terbanyak.
"Kami berharap lebih banyak anak Afrika terlindungi dari malaria dan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat,” katanya.
GSK, yang telah mengembangkan vaksin, berkomitmen untuk menyumbangkan 10 juta dosis untuk uji coba dan akan memasok 15 juta dosis setiap tahunnya.
Baca Juga: Dituntut 5 Bulan Rehabilitasi Terkait Penyalahgunaan Narkoba, Anji : Saya Minta Diberikan Keringanan
Kombinasi obat antimalaria dan vaksinasi dapat mengurangi kematian dan rawat inap anak akibat malaria sekira 70 persen setelah tiga tahun.
Hal ini diketahui berdasarkan penelitian yang diterbitkan pada Agustus 2021 terhadap enam ribu anak.
Malaria telah menjadi target yang rumit bagi pembuat vaksin, tetapi para peneliti berhasil membuat kemajuan.
Suntik vaksin malaria yang dikembangkan di Universitas Oxford di awal tahun ini menjadi yang pertama memenuhi target WHO untuk kemanjuran lebih dari 75 persen.***