Tentara menembak mati seorang pendeta yang mencoba memadamkan api, menurut media lokal, meskipun media pemerintah membantah laporan tersebut.
Pemerintah mengatakan kematian pendeta sedang diselidiki dan tentara telah disergap oleh sekitar 100 teroris dan kedua belah pihak terlibat baku tembak.
Baca Juga: 7 Artis KPop Terkaya di Tahun 2021, Nomor 1 Punya Jumlah Kekayaan Paling Mengejutkan
Salai Thang, seorang pemimpin masyarakat, mengatakan empat warga sipil telah tewas dan 15 terluka dalam beberapa minggu konflik dengan militer, yang juga menggunakan serangan udara setelah pangkalan militer diserbu.
Pasukan Pertahanan Chin, sebuah milisi yang menentang militer, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 30 tentara telah tewas.
Media tidak dapat secara independen mengkonfirmasi klaim apa pun dan seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.
Baca Juga: Ivermectin Bukan Pengobatan yang Sah untuk Covid-19
Seorang kerabat pendeta yang meninggal mengungkapkan bahwa hanya segelintir rumah yang tersisa di Thantlang, termasuk sekitar 20 anak di panti asuhan.
"Pembunuhan seorang pendeta Baptis dan pemboman rumah-rumah di Thantlang, Negara Bagian Chin adalah contoh terbaru dari neraka hidup yang disampaikan setiap hari oleh pasukan junta terhadap rakyat Myanmar," ujar Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia.
Terjadi peningkatan pertumpahan darah di daerah-daerah seperti Negara Bagian Chin setelah Pemerintah Persatuan Nasional mengumumkan pemberontakan pada 7 September.