Rahasia Orang Korea Mempraktikkan Etika Konfusianisme dalam Kehidupan Pribadi hingga Negara

- 5 Juli 2021, 18:00 WIB
Penghormatan kepada leluhur di Korea dilakukan melalui ritual ch’arye atau chesa rutin yang rutin digelar di rumah atau situs pemakaman.*
Penghormatan kepada leluhur di Korea dilakukan melalui ritual ch’arye atau chesa rutin yang rutin digelar di rumah atau situs pemakaman.* /Pixabay/mw85/

PR TASIKMALAYA – Dalam etika orang Korea, penghormatan kepada leluhur melalui ritual disebut ch’arye atau chesa.

Ritual ch’arye atau chesa di Korea, rutin digelar di rumah atau situs pemakaman sebagai contoh praktik Konfusianisme sebagai kebiasaan hidup di sana.

Etika orang Korea dalam keluarga mempengaruhi norma kolektif di tingkat lanjutan seperti sekolah, komunitas lokal, tempat kerja, dan seluruh bangsa.

Baca Juga: Jungkook BTS Jadi Idol K-pop Paling Populer di YouTube, ARMY Gaungkan GLOBAL ICON JUNGKOOK!

Dalam etika Konfusianisme, kesalehan seorang anak mencakup memperlakukan orang yang lebih tua dengan sopan yeui, dan menghargai, serta menghormatinya.

Kesetiaan chung menjadi nilai dasar dari semangat patriotisme dan identitas nasional Korea.

Praktik dari refleksi diri adalah sebuah bagian penting penempaan diri sendiri.

Baca Juga: Pasca Kasus dengan Ayus, Nissa Sabyan Unggah Foto Produk, Warganet: Sepi Job?

Orang tua dan guru menekankan nilai lain dari etika Konfusianisme seperti ketulusan dan keseriusan untuk membawa seseorang sukses secara pribadi dan sosial.

Lebih jauh, dunia kebajikan dalam kehidupan manusia diekspresikan dalam istilah yang oleh orang Korea disebut inchong (perasaan manusia), insim (pikiran-hati manusia) dan uri (saling mempercayai, prinsip kebenaran).

Semuanya berdasarkan kepada prinsip Konfusianisme.

Baca Juga: Dijanjikan Rumah oleh Raffi Ahmad, Merry sang Asisten: Lama Banget Sih, Jangan PHP Doang

Inchong adalah gerakan berasal dari hati sehingga menimbulkan rasa simpati yang merupakan dasar dari semua hubungan manusia.

Insim mengacu kepada kemanusiaan atau saling memahami antarsesama.

Uri menekankan kepada kewajiban bersama untuk berperilaku baik terhadap orang lain atau kelompok sosial manapun di dunia ini.

Baca Juga: Foto Terbaru Nissa Sabyan Disebut Bantah Isu Hamil Buah Hati Ayus, Warganet Ramai-ramai Beri Komentar Begini

Bahasa Korea membahas moralitas dan tatakrama yang sering disampaikan menggunakan tatacara ajaran Konfusianisme.

Pola berbicara, gestur tubuh, dan etika Korea merefleksikan nilai Konfusianisme dalam berbagai tingkat kesopanan dan tatakrama.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman CEFIA pada Senin, 5 Juli 2021, contohnya karakteristik fundamental dari bahasa Korea adalah kyongo atau bahasa penghormatan.

Baca Juga: Ngamuk saat Tahu Ada Akun yang Sebut Dirinya Selingkuh, Rizky Billar: Kan Bodoh Ya

Ini menunjukkan satu rasa yang kuat akan perbedaan usia, status sosial, kedudukan, tingkat kedekatan, dan tingkat interaksi alamiah antara pembicara, pendengar, dan juga pihak ketiga dalam percakapan.

Gagasan Konfusianisme tentang tatanan politik dan stabilitas sosial sangat penting di Korea. Pemerintah Pusat tetap harus menegakkan ketertiban sosial, dan mengontrol sistem pendidikan dan lainnya.

Di Korea Selatan, khususnya, demokrasi telah dinaikkan statusnya menjadi sebuah ideologi resmi di banyak institusi publik dan organisasi.

Baca Juga: Terawang Kasus Covid-19 Setelah Idul Adha Sangat Menyeramkan, Denny Darko Beri Saran Ikuti PPKM Darurat!

Banyak orang Korea, termasuk intelektual tidak hanya berbicara mengenai gagasan demokrasi dan lembaganya.

Namun juga kewajiban sosial dan etika politik dari negara dalam konteks tradisional untuk memelihara kebajikan dan pemerintahan yang baik.

Secara keseluruhan, nilai Konfusianisme tetap menjadi dasar dari kehidupan masyarakat Korea, dan keluarga tetap menjadi inti vital etika Konfusianisme.

Baca Juga: 4 Tahun Berlalu, So Ji Sub yang Sudah Menikah Siap Comeback Lewat Drakor MBC ‘Dr. Laywer’

Menjadi orang Korea tidak hanya didefinisikan secara biologis dan regional semata. Namun, itu mencakup istilah budaya termasuk bahasa, keluarga, etos, dan adat istiadat.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: CEFIA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah