Tiongkok Sebut Pasangan Kini Bisa Miliki 3 Anak, Warga Tak Peduli: Kami Tak Punya Banyak Uang

- 2 Juni 2021, 15:30 WIB
Bendera Tiongkok - Para warga Negara Tiongkok justru merasa menolak dan tidak peduli dengan kebijakan pemerintah untuk melonggarkan izin 3 anak di sana.
Bendera Tiongkok - Para warga Negara Tiongkok justru merasa menolak dan tidak peduli dengan kebijakan pemerintah untuk melonggarkan izin 3 anak di sana. //Pixabay/glaborde7

Pada tahun 2016, Tiongkok melonggarkan "kebijakan satu anak" yang kemudian memungkinkan pasangan untuk memiliki dua anak karena kekhawatiran meningkat atas tenaga kerja yang menua dan stagnasi ekonomi.

Pelonggaran terbaru kini adalah bagian dari upaya yang semakin putus asa untuk menggerakkan ledakan demografis sebelum pertumbuhan Tiongkok yang luar biasa terhambat oleh tagihan perawatan kesehatan dan pensiun untuk ratusan juta orang tua.

Baca Juga: Mengaku Sudah Lakukan Prosesi Lamaran dengan Rizky Billar, Lesti Kejora: Baru Keluarga Inti Saja

Agar kepemimpinan Komunis negara itu berhasil, ia harus membujuk orang-orang seperti Yang Shengyi, seorang ayah dua anak berusia 29 tahun, untuk memiliki satu anak lagi.

Saat mengunjungi toko mainan Beijing bersama keluarganya, Yang mengatakan dua anak laki-lakinya sudah lebih dari cukup dalam persaingan ketat Ibu Kota Tiongkok.

"Kami tidak punya banyak uang dan tidak ada cukup ruang di rumah, jadi saya rasa tidak ada alasan untuk memiliki anak ketiga," katanya kepada AFP.

Baca Juga: Mengaku Sudah Lakukan Prosesi Lamaran dengan Rizky Billar, Lesti Kejora: Baru Keluarga Inti Saja

"Ketika anak kedua kami lahir, tiba-tiba hanya ada setengah dari segalanya, dan di mana kami awalnya dapat memberikan setiap anak 100 persen, kami sekarang hanya dapat memberikan 50 persen," tambahnya. 

Bagi yang lain, pemikiran untuk memiliki anak sama sekali atau bahkan pernikahan tidak masuk akal, karena kehidupan perkotaan mengambil korban jam kerja yang panjang, perumahan yang mahal, dan jenjang pendidikan yang layak.

Orang-orang muda saat ini mungkin tidak memiliki pemikiran untuk membawa nama keluarga, dan merasa bahwa kualitas hidup mereka sendiri lebih penting.

Halaman:

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Japan Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah