Nyatanya, ini bukan kali pertama bagi Twitter untuk mengambil tindakan terhadap akun milik Tiongkok.
Pada Juni 2020, Twitter menghapus lebih dari 170.000 akun yang disebut memiliki keterkaitan dengan operasi pengaruh yang menyebarkan pesan-pesan palsu yang menguntungkan pemerintah Tiongkok.
Disusul kemudian oleh penghapusan akun mantan presiden AS Donald Trump, dengan 88 juta pengikut, yang berisiko kembali mengundang kekerasan setelah insiden penyerbuan di Capitol.
Sementara itu, Tiongkok tetap menunjukkan pesan optimis terhadap pemerintahan Joe Biden yang menyebutnya sebagai "malaikat yang baik hati dapat menang atas kekuatan jahat".****