Untuk diketahui, Lami adalah seorang kepala keamanan untuk kelompok paramiliter negara Irak dan pernah menjadi anggota milisi Kataib Hezbollah yang didukung Iran.
Sumber yang dekat dengannya membantah bahwa dia memiliki hubungan formal dengan Iran atau milisi yang didukungnya.
Dia dijatuhi sanksi AS pada 2019 atas dugaan perannya, pertama kali dilaporkan oleh Reuters, dalam memerintahkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Lami sejak itu membantah peran apa pun dalam pembunuhan demonstran damai.
Namun para pejabat AS dan Irak mengatakan milisi terus mengganggu 3.000 atau lebih tentara AS yang tersisa yang berbasis di Irak.
Baca Juga: Perkuat Riset dan Pengembangan, Kemandirian Produk Aspal Jadi Terobosan Pembangunan Indonesia
Beberapa kelompok milisi yang kurang dikenal mengatakan mereka berada di balik serangan roket ke kedutaan AS di Baghdad.
Seorang pejabat keamanan Irak mengatakan perekrutan Lami ke dalam tentara adalah bagian dari upaya Kadhimi untuk membawa PMF lebih dekat ke pemerintahannya.
Sheikh Ali al-Asadi, seorang pejabat di kelompok milisi Nujaba yang berpihak pada Iran, mengatakan memberikan pelatihan perwira penuh kepada Lami adalah tanda kekuatan PMF, dan bukan sesuatu yang akan melemahkan paramiliter.
Baca Juga: Sepakat dengan Menkeu Soal Kondisi Ekonomi RI, RR: Tapi Kinerja di Bawah 6 Persen Stategi yang Gagal