Dunia Makin Lantang Kecam Tindakan Presiden Prancis, Emmanuel Macron 'Ngotot' dengan Pendapatnya

1 November 2020, 11:29 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron.* /Instagram/@emmanuelmacron./

PR TASIKMALAYA - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Sabtu, 31 Oktober 2020 memberikan tanggapan soal kecaman dunia yang diberikan padanya.

Ia mengaku, menghormati kaum Muslim yang tersinggung dengan adanya kartun Nabi Muhammad tetapi hal tersebut bukan alasan untuk melakukan kekerasan.

Pernyataannya keluar setelah para pejabatnya meningkatkan keamanan menyusul serangan pisau di sebuah gereja Prancis yang menewaskan tiga orang pada minggu ini.

Baca Juga: Tekan Angka Stunting, Kemenko PMK Ciptakan Program Bimbingan Keluarga

Seorang penyerang memenggal kepala seorang wanita dan membunuh dua orang lainnya di sebuah gereja di Nice pada hari Kamis, 29 Oktober 2020 dalam serangan pisau mematikan kedua di Prancis dalam dua minggu dengan dugaan motif agama.

Tersangka penyerang (21) dari Tunisia, ditembak oleh polisi dan sekarang dalam kondisi kritis di rumah sakit, Minggu, 1 November 2020.

Polisi mengatakan pada hari Sabtu, 31 Oktober 2020 bahwa satu orang lagi ditahan sehubungan dengan serangan itu. Orang itu bergabung dengan tiga orang lainnya yang sudah ditahan karena dicurigai melakukan kontak dengan penyerang.

Macron telah mengerahkan ribuan tentara untuk melindungi situs-situs seperti tempat ibadah dan sekolah, dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islam lainnya dapat terjadi.

Baca Juga: Sean Connery, Aktor Pemeran James Bond Telah Tutup Usia

Serangan di Nice, pada saat Muslim tengah merayakan ulang tahun Nabi Muhammad, terjadi di tengah kemarahan Muslim yang meningkat di seluruh dunia atas pembelaan Prancis atas hak untuk menerbitkan kartun yang
menggambarkan Nabi mereka.

Pada 16 Oktober, Samuel Paty, seorang guru sekolah di pinggiran kota Paris, dipenggal kepalanya oleh seorang warga Chechnya yang berusia 18 tahun yang tampaknya marah oleh gurunya yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas selama pelajaran kewarganegaraan.

Para pengunjuk rasa mengecam Prancis dalam aksi unjuk rasa jalanan di beberapa negara mayoritas Muslim, dan beberapa telah menyerukan boikot produk keluaran Prancis.

Prancis, yang gelisah mengantisipasi kemungkinan serangan lainnya, tersentak pada Sabtu malam ketika seorang imam Ortodoks Yunani ditembak dan terluka di gerejanya di kota Lyon di Tenggara. Tetapi para pejabat tidak memberikan indikasi bahwa ada dugaan terorisme.

Baca Juga: Oknum Geng Moge Ditahan, DPR: Jangan Takut 'Beking-Bekingan', Siapapun Pelakunya Harus Diproses

Dalam upayanya memperbaiki apa yang dia katakan sebagai kesalahpahaman tentang niat Prancis di dunia Muslim, Macron menyampaikan wawancara kepada jaringan televisi Arab Al Jazeera yang disiarkan pada Sabtu.

Ia mengatakan Prancis tidak akan mundur dalam menghadapi kekerasan dan akan membela hak kebebasan berekspresi, termasuk penerbitan kartun.

Namun, dia menekankan bahwa tidak berarti dia atau para pejabatnya mendukung kartun-kartun itu, yang oleh Muslim dianggap menghujat, atau
bahwa Prancis sama sekali anti-Muslim.

“Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang dapat dikejutkan oleh
kartun ini, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik atas kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir, menggambar,” ungkap Macron, menurut transkrip wawancara yang dirilis oleh kantornya.

Baca Juga: Terang-Terangan Dukung Joe Biden di Pilpres AS 2020, Obama: Trump Tidak Serius Jadi Presiden

"Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi pada saat yang sama, melindungi hak-hak ini," tambahnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler