Menangis Saat Sampaikan Pidato, Kim Jong-un Dinilai Tengah Meminta 'Perlindungan' Rakyat

14 Oktober 2020, 08:10 WIB
Potret Kim Jong-un saat berpidato dalam parade rudal balistik. /

PR TASIKMALAYA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyampaikan pidato dengan suara bergetar saat upacara parade militer tahunan akhir minggu lalu.

Air matanya menitik saat ia meminta maaf dan menyampaikan terima kasih kepada rakyatnya.

Sejumlah warga Korea Utara, mulai dari tentara, pejabat tinggi militer dan Partai Buruh, sampai mereka yang mengenakan pakaian tradisional, ikut terbawa suasana itu. Beberapa dari mereka tampak terharu, ada pula yang ikut menangis dan menyeka air mata.

Baca Juga: Vaksin Diperkirakan Ada Bulan Depan, Ridwan Kamil: Saya Usul Depok yang Pertama Mendapatkannya

"Kepercayaan rakyat kepada saya setinggi angkasa dan sedalam lautan, tetapi saya telah gagal memenuhi keinginan rakyat. Untuk itu, saya meminta maaf," kata Kim Jong Un dalam pidatonya pada upacara parade militer akhir minggu lalu 10 Oktober 2020, sebagaimana disiarkan oleh kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.

Kim Jong Un, orang paling berkuasa di Korea Utara, secara langsung mengakui kegagalannya mengurangi beban penderitaan rakyat karena krisis ekonomi berkepanjangan.

Isi pidato Kim, berikut air mata yang menitik di wajahnya, bukan sikap yang umum ditunjukkan oleh seorang pemimpin tertinggi di Korea Utara.

Baca Juga: Terungkap! Ada Kelompok Persatuan LGBT di TNI-Polri, MA: Dipimpin oleh Sersan

Kim dikenal dunia sebagai pemimpin "bertangan besi" yang tidak segan mengeksekusi mati rakyatnya, pejabat tinggi negara, bahkan kerabatnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa juga konsisten mengeluarkan laporan soal dugaan pelanggaran HAM di Korut, salah satunya tertuang dalam laporan yang terbit pada Juli 2020.

Dalam laporan itu, PBB menyebut sekitar 100 narapidana perempuan yang berhasil melarikan diri dari Korut mengaku mereka menjadi korban eksploitasi seksual, kerja paksa, bahkan pernikahan paksa saat mendekam di tahanan selama 2009 sampai 2019.

Baca Juga: Buah vs Sayur: Mana yang Lebih Baik untuk Diet?

Namun, di tengah banyaknya laporan "kebengisan" rezim Korut dan tangan besi pemimpinnya, Kim tampak menunjukkan sisi manusiawi lewat tangisan dan ucapan minta maaf, yang berulang kali ia sampaikan dalam pidatonya.

Menurut seorang pengamat isu Korea Utara, Rachel Minyoung Lee, lewat wawancaranya dengan Reuters, mengatakan sisi lemah-lembut Kim yang tercermin dalam pidatonya minggu lalu itu merupakan peristiwa yang cukup ganjil, meskipun ia dikenal sebagai sosok yang ekspresif.

"Pidatonya itu untuk dan tentang rakyat Korut," kata dia, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa.

Lee menambahkan biasanya pidato-pidato Kim banyak berisi jargon-jargon dan ungkapan apresiasi untuk Partai Buruh di Korea Utara.

Baca Juga: Picu Persaingan Geopolitik, Menlu Tiongkok Desak Negara Asia Kerja Sama Lawan AS

"Orang-orang menyampaikan terima kasih kepada partai kami, tetapi mereka yang sebenarnya pantas menerima ucapan terima kasih," kata Kim kembali menegaskan pentingnya peran rakyat dalam mempertahankan keutuhan bangsa.

"Karena rakyat selalu bersama partai, maka negara ini mampu bertahan dan mencatatkan berbagai macam keajaiban apa pun tantangannya," tambah Kim. 

Retorika "Kim bersama rakyat" itu kemungkinan merupakan salah satu usaha pemimpin tertinggi di Korut untuk lebih mendekat ke rakyatnya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Tasikmalaya, 14 Oktober 2020: akan Terjadi Hujan Ringan Siang hingga Malam Hari

Sehingga Kim dinilai dapat "berlindung" di balik dukungan rakyat di tengah berbagai tekanan komunitas internasional dan para pembelot di luar negeri yang menginginkan rezim Kim turun dari pucuk kekuasaan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler