Salah Satu Pesertanya Terserang Penyakit yang Tak Diketahui, Percobaan Vaksin Virus Corona Ditunda

10 September 2020, 19:25 WIB
ILUSTRASI jarum suntik.* /Pixabay/

PR TASIKMALAYA - Percobaan besar vaksin virus corona yang diadakan oleh perusahaan farmasi AstraZeneca bekerja sama dengan Universitas Oxford telah ditunda.

Penundaan ini disebabkan karena salah satu peserta percobaan vaksin terkena penyakit yang tidak bisa dijelaskan.

Kabar terkait hal ini pertama kali dilaporkan oleh Stat, situs website berita yang berorientasi pada kesehatan di Amerika, pada hari selasa, 8 September 2020. 

Baca Juga: Galunggung Bike Park, Tempat Bersepeda Sehat Sambil Langsung Memandang Kawah Gunung yang Indah

Seorang peserta percobaan di Inggris mengalami reaksi kontradiktif yang serius. Tidak diketahui gangguan kesehatan apa yang dialaminya.

Juru bicara AstraZeneca mengatakan bahwa uji coba akan dihentikan sementara sebagai tindakan pencegahan, sehingga para ilmuwan dapat menyelediki jika penyakit tersebut berasal dari vaksin.

“Di dalam percobaan besar, suatu penyakit bisa terjadi secara kebetulan, tetapi tetap harus dipantau secara independen,” ujarnya.

Baca Juga: Meski Sempat Tuai Kontroversi, Disney Cukup Puas dengan Antusias Penggemar terhadap Film ‘Mulan’.

“Kami bekerja untuk mempercepat peninjauan peristiwa tunggal untuk meminimalkan kemungkinan dampak terhadap linimasa percobaan. Kami berkomitmen terhadap keselamatan peserta kami dan bertindak pada standar terbaik dalam uji coba,” tambah juru bicara tersebut.

Seorang ilmuwan memperingatkan bahwa jeda dalam suatu percobaan adalah bagaimana uji klinis seharusnya bekerja.

“Itu memang terjadi. Tidak umum, tapi bisa terjadi,” ujar Paul Offit, pakar vaksin di Children’s Hospital of Philadelphia, yang menduduki jabatan sebagai komite penasihat vaksin FDA (Food and Drug Administration).

Baca Juga: Ingin Nikmati Santapan Murah Meriah, Berikut Tips Aman Kunjungi Warung Makan di Tengah Pandemi

Paul Offit melanjutkan bahwa vaksin itu bekerja untuk mengobati SARS-Cov-2, bukan untuk menyembuhkan penyakit lainnya.

Percobaan besar ini merupakan pendekatan mutakhir ketiga yang belum menghasilkan vaksin yang disetujui, tetapi telah diuji dalam vaksin eksperimental terhadap virus lain, termasuk influenza dan Ebola.

Vaksin ini berasal dari virus simpanse yang tidak berbahaya yang mengandung gen protein lonjakan SARS-CoV-2 untuk memicu respons imun serta untuk mengenali tanda-tanda invasi SARS-CoV-2 di masa depan.

Baca Juga: Ingin Nikmati Santapan Murah Meriah, Berikut Tips Aman Kunjungi Warung Makan di Tengah Pandemi

Uji coba fase 1 dan 2 dari vaksin, yang diuji pada 1.077 pasien, menunjukkan antibodi "penetral" yang menjanjikan terhadap sekira 90% peserta.

Sebanyak 60% pasien melaporkan efek samping ringan atau sedang, termasuk demam, sakit kepala, dan nyeri otot, yang semuanya terselesaikan selama percobaan.

Tidak ada efek samping serius yang dilaporkan selama uji coba awal.

US Biomedical Advanced Research and Development Authority telah menyediakan lebih dari $1 miliar untuk pengembangan vaksin oleh Oxford dan AstraZeneca ini.

Baca Juga: Tips Aman Naik Kereta Api dengan Menerapkan 3 M saat Pandemi Corona

Namun dalam data awal, vaksin tersebut mengecewakan pengamat, yang mencatat bahwa vaksin itu tidak mencegah infeksi pada monyet, hanya mengurangi gejala.

William Haseltine, mantan profesor Harvard Medical School yang terkenal karena penelitian tentang kanker dan HIV, mengungkapkan di Majalah Forbes bahwa antibodi penetral yang diproduksi oleh vaksin ini "sangat rendah".***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: BuzzFeed News

Tags

Terkini

Terpopuler