Israel Ketar-Ketir, Dewan Keamanan PBB Turun Tangan Bahas Konflik Palestina di Jalur Gaza

9 Oktober 2023, 17:58 WIB
Terkait serangan Hamas, PBB akan membuat kesepakatan untuk menyusun pernyataan bersama antara Israel dan juga Plestina. /Reuters/

PR TASIKMALAYA - Suasana semakin memanas di wilayah Israel dan Gaza, menyusul serangan mendadak dari para pejuang Hamas.
Pejuang Palestina saat ini sedang berupaya untuk mengendalikan Gaza yang masih dijajah Israel.

Saat ini diketahui dalam agresi militer Israel terhadap Palestina tersebut telah menewaskan setidaknya 1.100 orang.

Dalam situasi darurat ini, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar rapat tertutup untuk membahas konflik tersebut Palestina dan Israel di Jalur Gaza.

PBB akan membuat kesepakatan untuk menyusun pernyataan bersama antara Israel dan juga Plestina.

Baca Juga: Akan Terapkan Pasal Korporasi pada Kasus Miss Universe Indonesia, Polisi: Sangat Sensitif

Pejuang Hamas melancarkan serangan mendadaknya ke wilayah Israel pada beberapa hari terakhir.

Hamas juga dituduh menyandera ratusan orang, yang mengakibatkan tewasnya banyak orang, menurut Israel.

Israel menyatakan status perang dan melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza yang padat penduduk, dan menyebabkan kematian ratusan orang.

Amerika Serikat meminta anggota dewan untuk memperingatkan Hamas dengan tegas.

Baca Juga: Rangkuman IPA Kelas 7 Semester 1 Kurikulum Merdeka Bab 4: Gerak dan Gaya

"Ada sejumlah negara yang mengutuk serangan Hamas, tetapi tentu saja tidak semuanya," kata diplomat senior AS, Robert Wood kepada wartawan setelah rapat.

Dia juga menyebutkan Rusia, yang hubungannya dengan Barat telah memburuk sejak invasi Ukraina sebagai salah satu negara yang tidak ikut mengutuk Hamas.

Dalam pertemuan tersebut, Dewan Keamanan mendengarkan laporan dari utusan perdamaian Timur Tengah PBB, Tor Wennesland.

Beberapa diplomat termasuk Rusia, berharap agar fokusnya lebih luas daripada hanya mengutuk Hamas. Kesepakatan tentunya memerlukan persetujuan dari semua anggota dewan.

Baca Juga: Bikin Penasaran, Inilah Penjelasan Ending dan Link Nonton Strong Girl Nam Soon Episode 2

"Pesan saya adalah untuk menghentikan pertempuran segera dan mencapai gencatan senjata serta negosiasi yang berarti, yang telah diinginkan selama beberapa dekade oleh Dewan Keamanan," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.

Uni Emirat Arab, yang telah normalisasi hubungan dengan Israel sebagai bagian dari kesepakatan bersejarah pada tahun 2020 mengharapkan adanya pertemuan lebih lanjut dalam Dewan Keamanan untuk menangani krisis ini.

"Saya pikir semua orang memahami bahwa situasinya saat ini sangat mengkhawatirkan," kata Duta Besar Uni Emirat Arab, Lana Zaki Nusseibeh.

Banyak anggota Dewan Keamanan percaya bahwa jalan politik menuju solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk akhirnya mengakhiri konflik ini.

Baca Juga: Ditanya Soal Pasangan Cawapres Prabowo Subianto, Sekjen Gerindra Bilang Sing Sabar

Sementara itu, baik Israel maupun Otoritas Palestina di Tepi Barat dan menjadi rival politik Hamas, tidak hadir dalam pertemuan tersebut karena mereka bukan anggota Dewan Keamanan.

Dalam pertemuan tersebut, Duta Besar Palestina, Riyad Mansour, meminta diplomat untuk berfokus pada upaya mengakhiri pendudukan Israel.

Dia juga menyoroti bahwa perhatian media dan politisi sering kali hanya muncul ketika warga Israel terbunuh.

Beberapa organisasi hak asasi manusia Palestina mengkritik PBB atas ketidaktegasan dalam menangani kekerasan terbaru ini.

Baca Juga: Bagaimana Mengajukan Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT Oktober 2024? Simak Informasi Lengkapnya

Mereka meminta negara-negara anggota PBB untuk mengatasi akar penyebab konflik dan melindungi rakyat Palestina dari serangan Israel.

Sebelum pertemuan tersebut, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan banyak dikritisi oleh negara-negara lain karena menunjukkan gambar-gambar yang menggambarkan warga sipil Israel yang diculik oleh Hamas.

Dia menyebutnya sebagai 'kejahatan perang yang jelas dan terdokumentasi' dan menekankan bahwa Israel perlu mendapatkan dukungan yang kuat untuk mempertahankan diri dan dunia bebas.

Saat ini, Gaza, yang dihuni oleh sekitar 2 juta orang dengan luas wilayah sekitar 365 km persegi, telah dikuasai oleh pejuang Hamas sejak tahun 2007, setelah perang singkat dengan pasukan yang setia pada Otoritas Palestina.

Baca Juga: Ditanya Soal Pasangan Cawapres Prabowo Subianto, Sekjen Gerindra Bilang Sing Sabar

Serangan Hamas ke Israel bersamaan dengan upaya yang didukung AS untuk mendorong Arab Saudi untuk memperbaiki hubungannya dengan Israel sebagai bagian dari kesepakatan pertahanan antara Washington dan Riyadh.

Dalam menghadapi konflik ini, Israel masih ingin sedang ketar-ketir mendapat kritik dari semua Negara tetangganya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Alzajeera

Tags

Terkini

Terpopuler