Fakta Baru Ledakan Beirut: Pemerintah Lebanon Tahan 16 Staf Pelabuhan untuk Proses Penyelidikan

7 Agustus 2020, 07:05 WIB
Kondisi pascaledakan hebat di pelabuhan Beirut, Lebanon. Antara /

PR TASIKMALAYA - Ledakan besar akibat amonium nitrat di Pelabuhan Beirut, Lebanon menewaskan hampir 137 orang pada Selasa, 4 Agustus 2020.

Ledakan itu juga membuat 5.000 orang lebih mengalami luka-luka dan ribuan lainnya dilaporkan kehilangan tempat tinggal.

Hingga kini, ledakan Beirut yang menyita perhatian mata dunia di tengah pandemi virus corona itu telah memunculkan fakta baru.

Baca Juga: Monumen Cincin Olimpiade 2020 di Teluk Tokyo Dilepas

Pemerintah Lebanon diketahui telah menahan 16 staf Pelabuhan Beirut untuk proses inversitgasi lanjutan.

Dikutip dari AFP, Jaksa Militer Lebanon Fadi Akiki menyebut ada 18 petugas yang dipanggil, namun 16 diantaranya telah ditahan untuk penyelidikan.

Mereka yang ditahan adalah petugas bea cukai, bagian perawatan dan manajer, serta petugas pelabuhan.

Baca Juga: KABAR GEMBIRA! Karyawan Bergaji di Bawah Rp 5 Juta Bakal Terima Bantuan

Selain menahan belasan pegawai, Bank Sentral Lebanon juga telah membekukan aset milik tujuh orang pejabat pelabuhan dan bea cukai, salah satunya milik Direktur Umum Bea Cukai Lebanon Badri Daher.

"Pagi ini kami mengambil keputusan untuk membentuk panitia investigasi, dalam waktu maksimal empat hari (mereka) harus memberikan laporan rinci tentang pertanggungjawaban (ledakan). Akan ada putusan pengadilan," ungkap Menteri Luar Negeri Lebanon, Charbel Wehbe.

Pemerintah Lebanon memberikan tenggat waktu empat hari untuk komite investigasi untuk mengungkap siapa dalang yang mesti bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Baca Juga: Minta Tiga Organisasi Besar Gabung Lagi POP, Mendikbud Nadiem Makarim: Kami Butuh Ilmu

Hingga kini, pejabat setempat menyebut jika adanya faktor kelalaian atas insiden ledakan di gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan sejak 2013 lalu.

"(Ledakan) itu adalah kecelakaan. Laporan awal menunjukkan itu karena salah urus produk bahan peledak. Ini adalah pengabaian yang sangat serius yang berlangsung selama enam tahun terakhir," ucap Wehbe.

Sementara itu, Lebanon juga kini tengah dihadapi krisis ekonomi, terlebih jumlah korban ledakan masih diperkirakan masih akan bertambah seringin dengan proses evakuasi yang masih dilanjutkan.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler