Disinggung Terkait Rasisme, Donald Trump Mencoba Membela Orang Kulit Putih Amerika Serikat

15 Juli 2020, 18:30 WIB
POTRET Donald Trump.* //AFP

PR TASIKMALAYA - Presiden Donald Trump menepis pertanyaan soal banyaknya orang kulit hitam yang tewas di tangan polisi.

Ia bahkan menyebut bahwa orang kulit putih juga banyak yang terbunuh.

“Begitu juga orang kulit putih. Ini pertanyaan yang mengerikan untuk ditanyakan," ujarnya di Gedung Putih, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Daily Mail.

Baca Juga: Tawaran Gaet Staf Kampanye Dibatalkan, Kanye West Dilaporkan Mundur dari Pemilu Presiden AS 2020

Bahkan ia menyebut, orang kulit putih justru lebih banyak terbunuh dibandingkan dengan orang kulit hitam.

Padahal The Washington Post menemukan dalam studi Juli ini, mengenai penembakan polisi selama lima tahun terakhir dan warga kulit hitam Amerika tertembak pada tingkat yang tidak proporsional.

Orang kulit hitam Amerika kurang dari 13 persen dari populasi AS, mereka dibunuh oleh polisi lebih dari dua kali lipat jumlah orang kulit putih Amerika.

Baca Juga: Terus Menerus Bertambah, Kasus Covid-19 di Indonesia Diperkirakan akan Capai 120.000 pada Agustus

Presiden juga membela pengibaran bendera Konfederasi sebagai kebebasan berbicara, tetapi tidak mengatakan apakah ia merasa nyaman soal bendera yang banyak dilihat sebagai simbol rasis diterbangkan di demonstrasi itu.

"Kamu tahu, itu tergantung pada definisimu sendiri. Tapi saya nyaman dengan kebebasan berbicara," ujarnya.

Herridge bertanya kepada Trump apakah dia mengerti mengapa bendera itu dijadikan simbol yang menyakitkan bagi banyak orang karena itu adalah peringatan akan perbudakan.

Baca Juga: Penjualan Album Capai Miliaran Rupiah, '1 Biliion Views' Milik EXO-SC Dominasi Tangga iTunes Dunia

"Well, orang-orang menyukainya dan saya tidak melihat itu. saya tahu orang-orang yang suka bendera Konfederasi dan mereka tidak berpikir tentang perbudakan," jawabnya.

Ia mengatakan bahwa ia menilai bendera itu hanya sebagai simbol kebebasan berbicara saja.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler