Jalin Kerja Sama dengan UEA dan Armenia, Jokowi: Ibu Kota Baru Harus Menjadi Smart Metropolis

15 Januari 2020, 10:58 WIB
Presiden Jokowi menyampaikan pidato kunci pada forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab, Senin, 13 Januari 2020.* /BNPB/

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Jokowi berkunjung ke Abu Dhabi pada Minggu, 12 Januari 2020 untuk melakukan sejumlah kerja sama.

Diketahui dari berita sebelumnya bahwa Indonesia kini telah menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) juga Negara Armenia.

Dengan hasil kerja sama yakni di bidang agama, ekonomi juga pendidikan Teknologi Informasi.

Baca Juga: Tak Hanya untuk Kesehatan Tubuh, Inilah 8 Manfaat Olahraga Otak

Tak hanya itu, Presiden Indonesia Joko Widodo juga menjadi juru pidato di forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC) Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab pada Senin, 13 Januari 2020.

Dikutip oleh Pikiran-Rakyat.com dari laman Sekretariat Negara Republik Indonesia (Setneg) dalam pidatonya, Jokowi mengajak dunia untuk bermitra dengan Indonesia.

Pasalnya, Indonesia kini membentuk Ibu Kota Baru di pulau Kalimantan.

Ia sempat menyinggung untuk membuat Ibu Kota yang ramah lingkungan dan akan belajar dari Kota Madar yang ada di Abu Dhabi.

Baca Juga: Joko Widodo Imbau BNPB Atasi Longsor dengan Vetiver

Ia mengundang dunia untuk berinvestasi di Ibu Kota Baru untuk membawa teknologi terbaik, inovasi terbaik dan kearifan terbaik.

Jokowi juga berharap Ibu Kota Negara menjadi Kota dengan teknologi mutakhir dan disaat bersamaan menjadi wadah bagi inovasi, kreativitas, dan ramah lingkungan serta menjadi tempat yang memberikan kebahagiaan bagi penduduknya.

"Energi terbarukan dan teknologi yang bersih akan menghasilkan kehidupan berkelanjutan bagi pembangunan sosial dan ekonomi," ujar Jokowi.

Ia juga menegaskan bahwa Ibu Kota baru harus menjadi Kota Smart Metropolis.

Baca Juga: Curah Hujan Indonesia Masih Tinggi, Riau Dilanda Kebakaran Hutan dan Lahan

Pasalnya Indonesia saja memiliki 1,4 juta pegawai negeri sipil pusat dan apabila digabung dengan keluarganya, maka akan ada sekitar 6,7 juta orang yang akan pindah ke Ibu Kota Baru.

Jokowi mengatakan populasinya akan 3 kali lipat populasi Paris, 10 kali lipat populasi Washington DC, bahkan menyamai populasi New York dan London.

Jokowi menyebutkan bahwa dengan banyaknya populasi tersebut dapat diwujudkan sebagai sebuah pemerataan penduduk di Jakarta.

Baca Juga: 6 Pilihan Jenis Keju Rendah Kalori untuk Para Cheese Addict

Namun populasi terlalu banyak dan akhirnya ibu kota harus dipindahkan agar penduduk di Indonesia bisa merata.

Hal tersebut ia sebut dengan Indonesia sentris, dimana dengan meratanya penduduk di Indonesia, maka setiap penduduk dapat merasakan pembangunan yang juga bisa dirasakan oleh setiap warga Indonesia.

Meski banyak populasi yang akan menempati Ibu Kota Baru, diharapkan Kota tersebut dapat menerapkan gaya hidup urban di abad ke-21 yang rendah karbon dan bertanggung jawab, serta ramah lingkungan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Setneg

Tags

Terkini

Terpopuler