HRW Ungkap Serangan Militer Myanmar dengan Membunuh Pengunjuk Rasa Telah Direncanakan

3 Desember 2021, 19:11 WIB
Menurut HRW, serangan yang dilakukan militer Myanmar untuk pengunjuk rasa yang mendukung Aung San Suu Kyi direncanakan. /REUTERS/Stringer

PR TASIKMALAYA – Organisasi Hak Asasi Manusia Internasional Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan bahwa pembunuhan pada sedikitnya 65 pengunjuk rasa pada 14 Maret di Yangon, Myanmar, telah direncanakan.

HRW merilis sebuah laporan yang menuduh pasukan keamanan Myanmar dengan sengaja mengepung dan menggunakan kekuatan mematikan terhadap massa.

Massa yang diserang pasukan keamanan Myanmar itu  menyerukan pemulihan kembali pemerintahan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis setelah kudeta militer pada 1 Februari.

“Tentara dan polisi yang dipersenjatai dengan senapan serbu militer menembaki pengunjuk rasa yang terperangkap dan mereka yang mencoba membantu yang terluka, menewaskan sedikitnya 65 pengunjuk rasa di lingkungan kelas pekerja Yangon, Hlaing Tharyar,” kata organisasi itu.

Baca Juga: Penulis Series Hawkeye Akui Memohon pada Marvel untuk Masukkan Florence Pugh, Ini Alasannya

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Al Jazeera, temuannya didasarkan pada wawancara dengan enam saksi dan analisis dari 13 video dan 31 foto kekerasan yang diposting di media sosial.

Rekaman yang ditinjau oleh HRW termasuk video TikTok yang diposting oleh seorang petugas polisi, di mana petugas keamanan mendiskusikan senjata yang akan mereka gunakan.

Salah satu dari mereka terdengar berkata bahwa dirinya tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada para pengunjuk rasa.

Setelah pengambilalihan oleh militer, sebagian besar demonstrasi damai di seluruh negeri disambut dengan penindasan yang semakin brutal.

Baca Juga: 10 Link Twibbon Hari Bela Negara 2021, Segera Pasang di Media Sosial Gratis

Pemerintah yang dibentuk oleh militer menggambarkan para pengunjuk rasa sebagai perusuh.

Sebelum fajar pada 14 Maret, pengunjuk rasa menuju ke Jalan Sungai Hlaing utama kota Yangon untuk melakukan aksi.

Pasukan keamanan tiba sekitar pukul 10 pagi, memaksa pengunjuk rasa membubarkan diri ke jalan-jalan samping.

Berdasarkan analisis dari dua video dan citra satelit, HRW mengatakan pasukan keamanan mengepung atau menembak para pengunjuk rasa antara siang dan pukul 12.40.

Baca Juga: Lowongan Kerja di Informa Cabang Bekasi dan Cibubur, Lulusan SMA, D3, dan S1 Bisa Melamar

Seorang pengunjuk rasa yang diidentifikasi sebagai Zaw Zaw untuk melindungi identitasnya, mengatakan pasukan keamanan menyerang dengan gas air mata dan peluru berlapis karet dan kemudian menembakkan peluru tajam.

“Dari pihak kami, kami menggunakan ketapel dan batu, dan beberapa bahkan melemparkan bom molotov ke belakang. Banyak orang tewas di depan mata saya. Saya tidak akan pernah melupakan hari itu,” ungkap Zaw Zaw.

Saksi mata menggambarkan situasi di mana mereka percaya pasukan keamanan membidik dan menembak demonstran.

HRW mengatakan telah menguatkan keterangan saksi dengan video yang menunjukkan pasukan keamanan memotong rute keluar pengunjuk rasa.

Baca Juga: Pengguna Twitter Ungkap Saudaranya Dibully Tentara Senior di Malaysia, hingga Menteri Pertahanan Beri Respon

Mereka juga dengan sengaja menyerang demonstran dan petugas kesehatan yang mencoba membantu pengunjuk rasa yang terluka.

Peneliti HRW Myanmar Manny Maung mengatakan bahwa pelanggaran terus berlanjut.

"Apa pun yang terjadi bahkan sembilan bulan yang lalu masih penting karena kami akan meminta pertanggungjawaban orang-orang ini dan kami dapat membuktikan bahwa mereka melakukan ini dengan niat," katanya.

Organisasi tersebut telah mendesak masyarakat internasional untuk menanggapi pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Myanmar.

Baca Juga: Ada Boxing Day, Berikut Beberapa Tradisi Perayaan Natal yang Dilakukan di Inggris

HRW berharap dunia internasional mampu menambah, memperkuat, dan mengoordinasikan sanksi internasional terhadap kepemimpinan junta dan militer Myanmar.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler