Aktivis dan Jurnalis Afghanistan Kecam Pembatasan Peran Perempuan di Televisi, Singgung Kebebasan Media

24 November 2021, 09:23 WIB
Ilustrasi jurnalis. Aktivis dan jurnalis wanita mengecam pedoman baru Taliban yang melarang adanya wanita dalam sinetron di televisi. /Pixabay/Engin Akyurt/

PR TASIKMALAYA – Wartawan serta jurnalis Afghanistan dan aktivis hak asasi telah mengecam pedoman yang dikeluarkan oleh Taliban yang membatasi peran perempuan di televisi.

Aktivis dan jurnalis Afghanistan itu menanggapi keputusan Taliban yang meminta lembaga penyiaran untuk berhenti menayangkan drama dan sinetron yang menampilkan wanita.

Taliban juga mengatakan kepada stasiun tv untuk tidak memutar film atau program yang melawan nilai-nilai Islam atau Afghanistan.

Karenanya, Taliban meminta jurnalis televisi perempuan di Afghanistan untuk mengenakan jilbab saat bekerja.

Baca Juga: 5 Ide Campuran Infused Water yang Berkhasiat untuk Kesehatan, Ada Jahe dan Jeruk Nipis

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian, Zan TV, saluran Afghanistan pertama yang dikelola secara eksklusif oleh produser dan reporter wanita, mengatakan bahwa pedoman tersebut mengancam kebebasan media dan akan mengurangi kehadiran jurnalis wanita.

Hujatullah Mujadidi, anggota pendiri Federasi Jurnalis Afghanistan, mengatakan jika pedoman itu diterapkan akan memaksa beberapa media, terutama televisi, berhenti bekerja.

Banyak acara yang diluncurkan untuk mengisi jadwal TV, terutama sinetron yang diproduksi di India dan Turki yang tidak sesuai dengan pedoman.

Baca Juga: Link Nonton American Music Awards 2021, Siaran Ulang Malam Ini 24 November 2021

Hal itu menyulitkan stasiun tv untuk menghasilkan pendapatan yang cukup dan mempertahankan pemirsa.

Seorang juru bicara kementerian mengatakan bahwa langkah-langkah itu lebih merupakan pedoman agama daripada aturan.

Namun Qari Abdul Sattar Saeed, juru bicara media untuk perdana menteri Taliban, beberapa hari sebelumnya menuduh media Afghanistan menyampaikan propaganda untuk musuh dan mengatakan mereka harus diperlakukan dengan kasar.

Baca Juga: WHO Peringatkan Angka Kematian Covid-19 di Eropa, Ungkap Naik 2 Kali Lipat dari Sebelumnya

Aslia Ahmadzai, seorang jurnalis di pengasingan, mengatakan jurnalis perempuan akan merasa terancam oleh tindakan tersebut.

Jurnalis Afghanistan lainnya yang diasingkan, yang ingin tetap anonim, menggambarkan pedoman itu sebagai langkah pertama untuk melarang TV, seperti di tahun 90-an.

Selama Taliban berkuasa tahun 1996-2001, tidak ada media Afghanistan untuk karena kelompok itu melarang televisi, film, dan sebagian besar bentuk hiburan lainnya, menganggapnya tidak bermoral.

Baca Juga: Ternyata Ini Sumber Stres Terbesarmu Berdasarkan Zodiak, Termasuk Aries yang Terlalu Bekerja Keras

Anggota Taliban juga telah memukul dan melecehkan beberapa wartawan Afghanistan yang meliput protes meskipun berjanji untuk menegakkan kebebasan pers.

Kelompok aktivis hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch, mengutuk pedoman itu.

“Peraturan media baru dan ancaman terhadap jurnalis mencerminkan upaya yang lebih luas untuk membungkam semua kritik terhadap pemerintahan Taliban,” kata Patricia Gossman, direktur asosiasi Asia di organisasi tersebut.

“Banyak wartawan hidup dalam ketakutan karena ancaman. Diduga pejabat Taliban telah meminta jurnalis untuk menyerahkan semua laporan untuk persetujuan sebelum dipublikasikan,” tandasnya.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler