Ekonomi Jepang Mengalami Penyusutan Lebih dari yang Diperkirakan, Ini Penyebabnya

15 November 2021, 14:45 WIB
Ilustrasi. Perekonomian di Jepang saat ini tengah mengalami penyusutan karena beberapa hal, salah satunya pandemi Covid-19. /PEXELS/Aleksandar Pasaric

PR TASIKMALAYA – Ekonomi Jepang saat ini tengah mengalami kontraksi yang cepat.

Hal ini karena pada kuartal ketiga mengalami gangguan pada pasokan global.

Kurangnya pasokan global tersebut membuat ekonomi Jepang dalam bidang ekspor terganggu.

Baca Juga: Taliban Akan Jauhkan Anak Perempuan dari Pendidikan, Pemenang Nobel Malala Yousafzai Khawatirkan Ini!

Selain itu, penyusutan Ekonomi Jepang juga diperparah oleh kasus baru Covid-19 yang memperburuk para konsumennya.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, banyak para ahli menganalisa bahwa ekonomi terbesar ketiga di dunia tersebut seharusnya akan kembali pulih pada kuartal ketiga ini.

Hal ini karena pandemi Covid-19 di Jepang sudah mengalami peredaan dibandingkan sebelumnya.

Baca Juga: Kaesang Gandeng Nadya Arifta saat ke Rumah Nagita Slavina, Unggahan Raffi Ahmad Disorot Netizen

Akan tetapi, kemacetan dalam produksi global mengakibatkan peningkatan resiko bagi Jepang, sehingga negara Sakura tersebut harus bergantung pada komoditas ekspor.

“Kontraksi jauh lebih besar dari yang diperkirakan karena rantai pasokan mengalami kendala, hal ini mengakibatkan sulit memproduksi mobil dan belanja modal,” kata Takeshi Minami selaku Kepala Ekonom di Norinchukin Research Institute.

Perkiraan para ahli mengira bahwa ekonomi akan kembali lagi pada kuartal ini, namun pemulihannya berjalan kurang baik.

Baca Juga: Oki Setiana Dewi Validasi Niat Ria Ricis dan Teuku Ryan yang Akan Sumbangkan Uang Amplop Tamu Undangan

Pada bulan Juli hingga September lalu ekonomi Jepang mengalami penurunan hingga 3 persen, sementara pada kuartal awal bertambah 1.5 persen.

Akan tetapi data pada Senin menunjukkan bahwa perkiraan rata-rata pasar mengalami penurunan sebanyak 0.8 persen.

Pendapatan GDP yang lemah kontras dengan negara maju lainnya seperti Amerika Serikat yang hanya tumbuh 2.0 pada kuartal ketiga ini.

Baca Juga: Cocok untuk Sarapan, Intip Resep dan Cara Membuat Omelet Sayur

Sementara itu pabrik-pabrik di China dalam penjualan ritelnya secara tak terduga alami kenaikan pada Oktober lalu, meskipun masih memiliki kekurangan pasokan bahan produksi karena pembatasan Covid-19.

Beberapa analis mengungkapkan terjadinya penurunan GDP di Jepang terjadi karena ketergantungan negara Sakura tersebut pada industri otomotif.

Hal itu lantaran banyak suplai produksi yang terhambat sehingga produktivitas terganggu yang membuat ekonomi Jepang sangat rentang terhadap gangguan perdagangan dari negara lain.

Baca Juga: Mengintip Kabar Terkini Gala Anak Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah, Tom Liwafa: Alhamdulillah...

Hal senada disampaikan oleh Shinichiro Kobayashi Ekonom utama di Mistubishi UFJ yan menjelaskan bahwa pembuatan mobil merupakan bagian besar dari sektor manufaktur Jepang.

Karena itulah banyak subkontraktor karena kekurangan suplai ini terdampak secara langsung.***

Editor: Thytha Surya Swastika

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler