Usai Perayaan Diwali, Polusi Udara di India Dinyatakan Semakin Buruk dan Mengancam Pernapasan

6 November 2021, 10:52 WIB
Polusi udara di India dinyatakan semakin buruk, hanya satu hari hari setelah warga negara itu merayakan Diwali. /REUTERS/Anushree Padnavis

PR TASIKMALAYA – Usai perayaan Diwali, penduduk New Delhi di India terbangun dalam kota gelap yang diselimuti kabut.

Usai kualitas udara sempat meningkat karena penguncian wilayah Covid-19, kabut polusi paling berbahaya tahun ini kembali terjadi setelah warga India bersuka cita merayakan Diwali.

Perayaan Diwali di India itu digelar dengan melanggar larangan pemerintah untuk menyalakan kembang api.

Baca Juga: Sakit Bahu: Penyebab, Faktor Risiko, Gejala, dan Perawatan yang Perlu Dilakukan

New Delhi terkenal memiliki kualitas udara terburuk dari semua ibu kota dunia, tetapi pada pagi setelah Dilwali, polisi menjadi sangat buruk.

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters, Indeks Kualitas Udara (AQI) melonjak menjadi 463 pada skala 500, dan tertinggi yang tercatat pada tahun 2021.

Nilai itu menunjukkan kondisi parah yang mempengaruhi bahkan orang sehat, apalagi mereka yang memiliki penyakit pernapasan.

Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Semakin Memanas, Pertempuran Marib Jadi Kunci yang Menentukan

AQI mengukur konsentrasi partikel beracun PM2.5 dalam meter kubik udara. Di Delhi, pembacaan PM2.5 pada Jumat, 5 November 2021, rata-ratanya 706 mikrogram.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap apa pun di atas rata-rata tahunan 5 mikrogram sebagai tidak aman.

PM2.5 di udara dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan seperti kanker paru-paru. Di India, udara beracun membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun.

Baca Juga: Mengenal Uji Emisi pada Kendaraan, Lengkap dengan Harga, Ketentuan, dan Lokasi

Pada pagi hari setelah Diwali, kabut asap tebal mengubah siang hari menjadi seperti senja di dan sekitar Delhi.

"Larangan kembang api tampaknya tidak berhasil di Delhi, yang menyebabkan tingkat polusi berbahaya menambah yang ada," kata Sunil Dahiya, analis di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA).

Setiap tahun, otoritas pemerintah atau Mahkamah Agung India melarang penggunaan kembang api dan petasan. Namun larangan tersebut tampaknya jarang diterapkan.

Baca Juga: 2 Minggu Sebelum Meninggal, Vanessa Angel Disebut Lakukan Hal Tak Biasa Menurut Sang Ayah

“Tidak ada negara yang lebih senang mengesahkan undang-undang dan kemudian mengabaikannya daripada kita.

“Hari ini Delhi khususnya menghadapi konsekuensi dari kehidupan kita ini,” ujar Jairam Ramesh, seorang anggota parlemen dan pemimpin oposisi utama Partai Kongres.

Kepala lingkungan Delhi Gopal Rai mengatakan pihak berwenang berencana memasang 20 senjata anti-kabut asap untuk menyemprotkan air ke udara guna membantu mencairkan kabut asap.

Baca Juga: Sempat Mati-Matian Pendekatan, Sahrul Gunawan Terpaksa Mundur Karena Sikap Ayu Ting Ting: Ada Feeling...

Tetapi ada seruan untuk tindakan yang lebih ketat seperti larangan sementara pada kegiatan konstruksi dan penutupan pabrik berpolusi tinggi.

Lebih buruk lagi, Diwali diadakan pada periode ketika para petani di negara bagian Punjab dan Haryana di New Delhi membakar tunggul yang tersisa setelah panen untuk mempersiapkan ladang mereka untuk panen berikutnya.

Kebakaran tunggul menyumbang hingga 35 persen dari tingkat PM2.5 New Delhi, menurut data pemantauan yang dikeluarkan di bawah naungan Kementerian Federal Ilmu Bumi.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Hylo Open 2021, 6 November 2021: Pasangan Muda Indonesia Berebut Tiket Final Ganda Putra

Pemerintah India sering dituduh tidak berbuat cukup untuk mengekang polusi karena mereka lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler