PR TASIKMALAYA - Sebuah penelitian oleh Duke Health dari Inggris, mengumumkan hasil penemuan baru terkait antibodi Covid-19 pada anak-anak.
Setelah meneliti 69 anak, Duke Health menemukan bahwa anak-anak dan remaja penyintas Covid-19 memiliki respons antibodi yang kuat.
Namun, respons antibodi ini dimiliki oleh anak dan remaja yang terpapar Covid-19 dengan gejala yang ringan hingga tanpa gejala.
Baca Juga: Munculkan Kekhawatiran Klaster Baru, Kasus Covid-19 Kembali Ditemukan di Desa Olimpiade Tokyo
Diungkapkan oleh Duke Health dari Duke University Health System, respons ini hanya akan bertahan hingga empat bulan setelah terinfeksi.
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Duke Health, studi ini dimuat dalam jurnal JCI Insight.
Disebutkan bahwa anak-anak dan remaja yang sebelumnya mengidap Covid-19, akan mengembangkan respons antibodi yang mampu menetralkan virus SARS-CoV-2.
Baca Juga: 6 Amalan Terbaik yang Dapat Dilakukan pada 9 Dzulhijjah, dari Puasa Arafah hingga Bertaubat
Respons ini dapat dibilang sebanding atau bahkan lebih unggul dari yang ada pada orang dewasa.
Jillian Hurst , Ph.D., asisten profesor di Departemen Pediatri di Duke University School of Medicine memberikan penjelasannya.
Menurutnya, temuan ini menggembirakan karena anak-anak di bawah usia 12 tahun belum dapat diberikan suntik vaksin.
Penelitian itu menunjukkan anak-anak yang pernah mengalami gejala ringan dan yang tidak memiliki gejala memiliki respons kekebalan yang positif.
"Kemungkinan akan memberikan perlindungan terhadap infeksi di masa depan," terang Jillian Hurst.
Para peneliti dari Duke Human Vaccine Institute, mengevaluasi respons imun SARS-CoV-2 pada 69 anak dan remaja.
Baca Juga: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Tipe Kepribadianmu, Salah Satunya Suka Mengandalkan Diri Sendiri
Anak-anak tersebut berusia 2 bulan hingga 21 tahun dengan usia rata-rata peserta adalah 11,5 tahun, 51 persen di antaranya adalah perempuan.
Para peneliti mengukur respons antibodi pada anak-anak dan remaja yang menderita infeksi SARS-CoV-2 tanpa gejala dan gejala ringan.
Mereka menemukan bahwa respons antibodi tidak dibedakan oleh ada atau tidaknya gejala.
Baca Juga: Soroti Air Mata Raffi Ahmad Saat Bicara Penyesalan, Poppy Amalya: Adanya Kecemasan dan Kekhawatiran
Antibodi penetralisir SARS-CoV-2 juga tetap terdeteksi di mayoritas peserta hingga empat bulan setelah infeksi.
Para peneliti membandingkan respon imun anak-anak dengan orang dewasa.
Mereka menemukan bahwa semua anak, tanpa memandang kelompok usia, memiliki tingkat antibodi yang setara.
Baca Juga: Ayu Ting Ting Pamer Foto Ala Korean Style, Netizen Malah Doakan Agar Berjodoh dengan Robby Purba
Anak-anak juga bahkan memiliki antibodi yang sedikit lebih tinggi dari orang dewasa pada dua bulan dan empat bulan setelah infeksi akut.
Sebagian besar studi tentang respons imun anak-anak terhadap SARS-CoV-2 telah berfokus pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Respons imun SARS-CoV-2, terlepas dari tingkat keparahan gejalanya, berkurang secara lebih lambat pada anak-anak dan remaja.***