Cerita Kengerian Warga Palestina di Jalur Gaza: Serangan Israel Datang secara Membabi Buta

15 Mei 2021, 14:40 WIB
Seorang warga Palestina mengaku bahwa Israel melakukan penyerangan secara membabi buta kepada warga Palestina di perbatasan jalur Gaza.* /REUTERS/MOHAMMED SALEM

PR TASIKMALAYA – Di sebelah utara Kota Beit Lahia, Gaza yang berdekatan dengan perbatasan dengan Israel, terdapat beberapa desa dan area pertanian yang ditinggali oleh warga Palestina.

Serangan udara Israel dengan ganasnya menyebabkan desa dan area pertanian di Gaza tersebut hancur dalam sekejap mata, menyerang warga Palestina.

Diakui warga Palestina, lahan pertanian mereka di Jalur Gaza yang damai kini telah berubah menjadi area peperangan berdarah yang berbahaya akibat ulah Israel.

Baca Juga: Terciduk! Juru Bicara Israel Terbukti Bagikan Video Hoaks yang Memperburuk Ketegangan Palestina-Israel

Hussein Abu Qleeq (30) merupakan salah satu saksi mata dari sekian banyak warga Palestina yang menyaksikan rumah dan lahan pertanian mereka hancur di tangan serangan udara Israel.

Dilansir Tasikmalaya.Pikiran-Rakyat.com dari laman The Guardian pada 15 Mei 2021, Hussein Abu Qleeq yang sedang duduk-duduk santai bersama keluarganya di dalam rumah tiga lantai mereka, tiba-tiba saja diserang.

“Tiba-tiba ada suara ledakan bom di perbatasan. Saya tidak pernah menyangka serangan itu akan sampai ke rumah saya. Anak-anak mulai berteriak ketakutan. Lalu ada granat yang masuk ke rumah kami,” jelas Hussein Abu Qleeq kepada pihak The Guardian.

Baca Juga: Tsania Marwa Harus Rela Tak Bertemu Anak di Tahun Lebaran Ketiganya Pasca Bercerai dengan Atalarik Syach

Serangan dadakan itu menyebabkan Hussein Abu Qleeq terluka di bagian leher, lengan, dan punggung akibat terserempet peluru shrapnel.

Beruntung, nyawa Hussein Abu Qleeq dan keluarganya terselamatkan.

Hussein Abu Qleeq kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Shifa yang berada di Kota Gaza.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Jawab Sentilan Soal Gaza, Sebut Sedang Berusaha Datangkan Dubes Palestina ke Podcast

Ketika ditemui tim media The Guardian, Hussein Abu Qleeq masih bisa duduk di atas ranjangnya sembari dibalut perban di area leher, lengan, dan punggung.

“Kejadian itu benar-benar mengerikan. Anda tidak akan bisa membayangkannya. Kita sudah melewati tiga perang dan baru kali ini ada pengeboman yang terjadi begitu tiba-tiba dengan cara yang sangat mengerikan,” kenang Hussein Abu Qleeq.

Sebelumnya, ketika akan mengadakan serangan ke Jalur Gaza, pihak militer Israel akan memperingatkan warga sipil Palestina untuk mengungsi terlebih dahulu.

Baca Juga: Hengkang dari YG Entertainment Usai 17 Tahun Bersama, Intip Perjalanan Karir Sandara Park di Industri Hiburan

Akan tetapi kali ini warga Palestina sama sekali tidak mendapatkan peringatan apapun dan tiba-tiba saja diserang secara brutal oleh pasukan militer Israel.

Israel mengakui mereka mendapatkan serangan dadakan dari Hamas dan organisasi Jihad Islamis yang memasuki Israel lewat jalur bawah tanah.

Pihak militer Israel mengatakan bahwa pihak mereka hanya sedang membombardir tempat Hamas dan organisasi Jihad Islamis.

Akan tetapi warga Palestina membantah dan menyebut serangan udara Israel tidak pandang dulu.

Baca Juga: Hati-hati! Hidangan Khas Lebaran Ini Mengandung Kolestrol Tinggi, Simak Cakupan Kalori Makanan Berikut Ini

Mengubah gelapnya langit malam menjadi warna jingga dari gempuran roket yang terus-menerus dilayangkan Israel ke Palestina.

Juru bicara pasukan militer Israel, Jonathan Conricus membantah tuduhan warga Palestina yang menyebut mereka diserang secara tiba-tiba.

Menurut Jonathan Conricus, militer Israel biasanya memperhatikan dulu target yang akan mereka serang tetapi tidak selamanya juga mereka bisa mengabari warga sipil Palestina untuk mengungsi terlebih dahulu.

“Seperti biasa, serangan hanya diarahkan ke target. Namun kali ini situasi tidak memungkinkan bagi kami untuk mengabari warga sipil Palestina terlebih dahulu,” jelas Jonathan Conricus.

Baca Juga: Meski Telah Teken Kontrak, Al Sadd Izinkan Xavi Jika Mendapat Kemungkinan Melatih Barcelona di Musim Depan

Sementara itu, korban serangan udara Israel lainnya yaitu Taher al-Kafarneh (68) juga memiliki cerita pengalaman mengerikan yang sama seperti cerita Hussein Abu Qleeq.

Hussein Abu Qleeq tinggal di Desa Bedoin sementara Taher al-Kafarneh tinggal di area perbatasan yang berlokasi di dekat Kota Beit Hanoun.

“Ketika diserang, saya segera pindah dengan kelima belas putra, dua istri, dan cucu-cucu saya ke rumah putri saya yang berada di tengah Kota Beit Hanoun. Di sana kami mengungsi di bangunan tiga lantai yang ternyata sudah dijejali oleh 150 pengungsi lainnya,” jelas Taher al-Kafarneh.

Menurut Taher al-Kafarneh, serangan Israel pertama kali datang ketika waktu hampir tengah malam.

Baca Juga: Meski Telah Teken Kontrak, Al Sadd Izinkan Xavi Jika Mendapat Kemungkinan Melatih Barcelona di Musim Depan

Roket berterbangan dari sana-sini dan jalanan pun dihujani serangan misil.

“Ada granat entah dari pesawat atau meriam yang mengenai lantai pertama dari tempat pengungsian kami. Padahal di sana ada anak-anak saya juga anak pengungsi yang lain. Listrik di sini pun mati,” ucap Taher al-Kafarneh.

Serangan yang menimpa bangunan tiga lantai tempat pengungsian Taher al-Kafarneh dan pengungsi Palestina lainnya itu telah menyebabkan sebanyak 40 hingga 50 orang mengalami luka-luka.

Para pengungsi berhamburan keluar dari dalam gedung sembari bertelanjang kaki.

Kemudian hanya terus menunggu di luar hingga ambulans berdatangan.

Baca Juga: Hotman Paris Unggah Foto dan Kenang Meriam Bellina, Melaney Ricardo: CLBK Pung

Ambulans pun hanya bisa sampai di lokasi tertentu saja dan bukannya tepat di dekat area pengeboman.

Menyebabkan mereka yang tidak terluka harus menggotong yang terluka ke area di mana ambulans parkir.

Dilaporkan di Jumat pagi, 14 Mei 2021, warga Palestina yang bermukim di jalur Gaza sebelah utara dan timur Israel telah meninggalkan tempat masing-masing dan mengungsi ke daerah yang memiliki lebih banyak gedung dengan harapan bisa menghindari gempuran tentara Israel.

Tidak hanya membuat warga Palestina kocar-kacir mencari tempat untuk mengungsi, serangan Israel ini juga telah menyebabkan semakin padatnya rumah sakit di Palestina.

Baca Juga: Jelang Laga Final Kontra Chelsea, Pep Guardiola Minta Para Pemain Manchester City untuk Selalu Fokus

Padahal rumah sakit di Palestina sudah padat oleh pasien yang menderita Covid-19.

Kini mereka juga harus menampung warga sipil yang jadi korban perang.

Beberapa rumah sakit di Palestina menyiasati lonjakan pasien dengan cara membuka UGD darurat di luar rumah sakit.

UGD tersebut diperuntukan khusus untuk menangani luka akibat terserempet peluru, luka jahit, serta untuk melakukan praktik amputasi.

Selain krisis jumlah kamar rawat di rumah sakit, tidak cukupnya jumlah ambulans di Palestina juga menyebabkan warga yang terluka terpaksa dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil pribadi atau dengan cara berjalan kaki.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot Mingguan 17-23 Mei 2021: Aquarius Akan Perang Ego hingga Pisces Hadapi Masalah Hati

Rumah Sakit Shifa yang merupakan rumah sakit terbesar, menjadi sasaran utama dari para pengungsi Palestina yang terluka.

Di sana, dokter yang sudah kelelahan terpaksa berlari dari satu pasien ke pasien lainnya demi sekedar membalut perban di atas luka korban yang terserempet peluru.

Sementara dokter lainnya bertugas di depan kamar mayat, menunggu adanya tandu untuk membawa mayat dari sana dan menguburkannya.

Tidak hanya terjadi di Rumah Sakit Shifa, lonjakan pasien juga terjadi di Rumah Sakit Eropa yang berada di sebelah selatan Kota Khan Younis.

Baca Juga: Banyak Menyantap Makanan Tak Sehat Saat Idul Fitri? 5 Olahraga Ini Mampu Kurangi Lemak di Tubuh

Gempuran Israel di malam hari menyebabkan perawat Rumah Sakit Eropa harus memindahkan pasien Covid-19 ke gedung lain saat matahari bahkan belum terbit.

Dokter bedah dan dokter spesialis kini lebih difokuskan untuk mengatasi korban perang ketimbang pasien Covid-19.

Apabila serangan Israel terus berlanjut, pihak rumah sakit di Palestina khawatir nantinya tidak ada cukup kamar untuk menangani korban perang dan pasien Covid-19.

“Hanya bisa berdoa agar serangan udara Israel segera berakhir,” ucap Direktur Rumah Sakit Eropa, Yousef al-Akkad kepada The Guardian.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler