Baca Juga: Ini Daftar Tim yang Lolos 16 Besar Euro 2024, Lengkap dengan Jadwal Pertandingan
Perspektif kedua adalah dari segi kultural di tengah masyarakat. Berkat adanya narasi dan cerita heroik ketika melakukan ibadah tersebut, membuat masyarakat merasa perlu untuk memberikan gelar ‘Haji’ bagi yang telah melaksanakannya.
Terlebih, secara historis pelaksanaan haji pada zaman dahulu sangat sulit untuk dilakukan. Mengingat transportasi berupa pesawat terbang belum ada dan harus menempuh jarak yang jauh dengan resiko gelombang laut dan perampok di perjalanan.
Adapun perspektif lain yang juga dapat dijadikan sebagai alasan adalah karena dulu pada masa kolonial, umat Muslim yang telah melaksanakan ibadah tersebut berubah menjadi pemberani untuk melawan kolonial.
Dengan begitu, gelar tersebut dapat dikatakan bukan merupakan gelar yang resmi dan diakui secara birokrasi. Namun, masyarakat dengan kehidupan kulturalnya telah terbiasa menyematkan gelar tersebut untuk menghargai perjuangan yang telah dilakukan.***