Simak! Berikut ini Manfaat Naik-Turun Tangga untuk Kesehatan Fisik dan Mental

- 2 Desember 2020, 12:30 WIB
Ilustrasi naik tangga.
Ilustrasi naik tangga. //Pixabay///Free-photos

PR TASIKMALAYA - Sebuah studi terbaru yang digagas para ilmuwan Jerman menunjukkan bahwa aktivitas sederhana sehari-hari, khususnya kegiatan naik dan turun tangga secara rutin dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.

Menurut hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa kegiatan naik turun tangga bisa meningkatkan kondisi mental selama pandemi, terutama bagi orang yang rentan terhadap gangguan kejiwaan.

Selain naik-turun tangga, aktivitas lain yang juga memiliki efek yang sama untuk meningkatkan kondisi mental selama pandemic adalah berjalan kaki

Baca Juga: Setahun Lahirkan 140 Inkubator Mediapreneur di Seluruh Indonesia, PRMN Rayakan Ulang Tahun Pertama

Adapun penelitian ini terdiri dari periset Institut Teknologi Karlsruhe (KIT) di Kota Karlsruhe serta Institut Sentral Kesehatan Mental (CIMH) di Kota Mannheim. Studi tersebut mempelajari bagian otak yang memainkan peran sentral bagi kesehatan mental.

Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari PMJ News, penulis studi dari CIMH, Profesor Heike Tost seperti dilansir laman Times Now News, Rabu, 2 Desember 2020 memberi penjelasan. 

“Saat ini, ada pembatasan dalam kehidupan publik dan kontak sosial. Untuk merasa lebih baik, naik-turun tangga setiap hari dapat membantu lebih terjaga dan penuh energi," ujarnya. 

Untuk mencapai kesimpulan tersebut, Tost dan tim melibatkan 67 orang yang aktivitasnya ditinjau secara cermat selama tujuh hari.

Baca Juga: Lawan Pandemi, KPCPEN Ajak Masyarakat Pulihkan Kesehatan dan Perekonomian

Analisis yang ada kemudian ditambah dengan hasil uji tomografi resonansi magnetik pada 83 peserta studi lainnya.

Keseluruhan hasil studi telah terbit di jurnal Science Advances di mana salah satu temuan utamanya, bagian dari korteks serebral bernama 'subgenual cingulate cortex' menunjukkan menjadi bagian yang memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan mental.

Wilayah otak tersebut mengatur emosi dan ketahanan terhadap gangguan kejiwaan. Tost serta timnya mengidentifikasi area tersebut sebagai korelasi saraf yang menentukan dan menengahi hubungan antara aktivitas fisik dan energi subjektif.

"Mereka merasa kurang berenergi ketika tidak aktif secara fisik. Namun, setelah aktivitas sehari-hari, orang-orang ini merasa lebih penuh energi daripada orang-orang dengan volume otak yang lebih besar," pungkasnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x