Ahli: Kelembapan Udara Ruangan Pengaruhi Tingkat Penularan Covid-19

14 Oktober 2020, 20:21 WIB
Face shield dan masker digunakan untuk melindungi diri dari virus corona. /Dok. The Healthy

PR TASIKMALAYA – Sebuah superkomputer di Jepang menunjukkan bahwa kelembapan dapat memiliki efek besar pada penyebaran partikel virus.

Merujuk pada peningkatan risiko penularan virus corona dalam kondisi kering dan dalam ruangan selama bulan-bulan musim dingin.

Penemuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan humidifier dapat membantu membatasi infeksi selama ventilasi jendela tidak memungkinkan.

Baca Juga: Menpan RB: Kuota Penerimaan CPNS 2021 Sebanyak 1 Juta

Menurut sebuah penelitian yang dirilis pada hari Selasa 13 Oktober 2020 oleh raksasa penelitian Riken dan Kobe University.

Para peneliti menggunakan superkomputer Fugaku, untuk memodelkan emisi dan aliran partikel mirip virus dari orang yang terinfeksi di berbagai lingkungan dalam ruangan.

Hasil simulasi menunjukan, bahwa Kelembaban udara yang lebih rendah dari 30%, menghasilkan lebih dari dua kali lipat jumlah partikel aerosol, dibandingkan dengan tingkat 60% atau lebih tinggi.

Baca Juga: Dorong Pariwisata, KBRI Peru Gandeng PHRI Kerja Sama dengan AHORA

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa Face Shields tidak seefektif masker dalam mencegah penyebaran aerosol atau partikel kecil di udara.

Penemuan lain menunjukkan bahwa pengunjung suatu tempat lebih berisiko dari orang-orang yang ada di sampingnya dibandingkan dengan di seberang meja.

Selain itu, jumlah kerumunan harus dibatasi dan menjaga jarak. Ada konsensus yang berkembang di antara para ahli kesehatan, bahwa virus Covid-19 dapat menyebar melalui udara.

Baca Juga: Kunjungi Kota Depok, Ridwan Kamil Tinjau Drainase hingga Sosialisasikan 3M

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) A.S. merevisi panduannya bulan ini untuk mengatakan patogen dapat bertahan di udara selama berjam-jam.

Tim peneliti Riken yang dipimpin oleh Makoto Tsubokura sebelumnya telah menggunakan superkomputer Fugaku untuk membuat model kondisi penularan di kereta, ruang kerja, dan ruang kelas.

Khususnya, simulasi menunjukkan bahwa membuka jendela di kereta komuter dapat meningkatkan ventilasi dua hingga tiga kali lipat, menurunkan konsentrasi mikroba di sekitarnya.

Baca Juga: Bentuk Tekanan pada Tiongkok, AS Berencana Jual Senjata Teknologi Tinggi ke Taiwan

“Ketakutan membabi buta atau kepercayaan yang tidak berdasar terhadap infeksi COVID-19 hanya karena virus itu tidak terlihat,” kata Tsubokura.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler